-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Game Multimedia untuk Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Sabtu, 29 Juni 2024 | Juni 29, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-29T22:46:11Z

Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Game Multimedia untuk Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

By Regi Putra

Proses pembelajaran di kelas dapat menjadi menarik atau tidak, salah satunya dipengaruhi oleh bentuk bahan ajar yang digunakan oleh siswa. Prastowo (2015:19) menegaskan bahwa kualitas pembelajaran cenderung menurun ketika guru hanya menggunakan bahan ajar konvensional tanpa kreativitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan Kualitas bahan ajarnya juga tinggi. Bahan ajar yang berkualitas dapat memudahkan guru dalam mengajarkan materi, memudahkan siswa dalam memahami dan menggunakan materi, serta merangsang minat siswa dalam belajar.

Selain itu, Game edukasi merupakan salah satu media yang dapat digunakan pada kelas IPA  sekolah dasar berupa konten multimedia interaktif. Interaktivitas  media tersebut berarti siswa terlibat langsung dalam mengolah pengetahuan yang telah dipelajarinya. Pembelajaran menjadi lebih menarik bila siswa dilibatkan secara aktif. Hal ini didukung oleh pendapat Soekamto dan Winataputra (Baharuddin & Wahyuni, 2015: 19) yang menyatakan bahwa guru harus berpegang pada prinsip-prinsip pembelajaran berikut dalam proses belajar mengajar:

  1. Agar siswa dapat belajar, ia harus belajar dan bertindak secara aktif.

  2. Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

  3. Siswa belajar lebih baik bila terus-menerus dikuatkan dalam proses pembelajaran.

  4. Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna apabila siswa menguasai langkah-langkahnya.

  5. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar bila diberikan tanggung jawab penuh terhadap pembelajarannya

Saat ini, Permainan dianggap dapat menghambat pembelajaran siswa dan menyebabkan mereka lupa tugas-tugasnya, perlu diubah citranya melalui hal-hal baru yang menggabungkan Belajar dengan permainan yang dapat dinikmati siswa. Kolaborasi  harmonis  sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan khususnya di kelas. Contoh permainan yang dapat dipilih pada area multimedia interaktif adalah “Tebak Gambar.''

Dalam permainan tebak gambar, pemain  menebak jawaban berdasarkan gambar yang  kabur. Setiap gambar memiliki petunjuk dan skor untuk setiap level. Jika siswa tidak dapat menebak gambar yang ditampilkan pada tampilan pertama, mereka dapat mengklik gambar tersebut untuk memperjelas seperti apa. Semakin cepat siswa menjawab, semakin tinggi nilainya. Gambar-gambar dalam permainan ini berkaitan dengan cara merawat kesehatan rangka. Setiap gambar memiliki beberapa pilihan jawaban, dan pemain dapat mengklik jawaban yang dianggap benar. Jika jawabannya benar,  akan muncul boneka kerangka manusia dan berkata, "Bagus, kamu pintar", dan jika jawabannya salah,  akan muncul tulisan, "Semangat dan coba lagi”. Permainan ini diatur waktunya dan hadiah diberikan untuk setiap jawaban  yang benar. Poin terakumulasi dalam keranjang poin.

Model permainan yang dikemas dalam multimedia interaktif tidak hanya membangkitkan minat siswa dan memudahkan pemahaman mereka terhadap materi, tetapi juga memungkinkan mereka mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Menurut Darmawan (2013:192), beberapa masalah yang dapat diatasi dengan penggunaan multimedia interaktif berbasis game antara lain:

  1. Waktu kelas yang terbatas menyulitkan siswa dalam menyusun materi tertentu secara menarik di sekolah untuk memperkuat penjelasan guru.

  2. Suasana konseling siswa oleh guru yang cenderung formal dan pendiam terhadap isi pengajaran di kelas dan kegiatan pembelajaran.

  3. Hubungan guru-siswa yang tidak seimbang membuat interaksi antara siswa dan guru menjadi sulit.

  4. Karena format pembelajaran di kelas cenderung konsisten, maka siswa perlu mengatur waktu belajar dan mengukur keterampilannya.

  5. Tantangan  menciptakan suasana santai saat pembelajaran. Guru masih jarang melakukan hal ini.

  6. Sebenarnya kebutuhan magang di sekolah  belum  terpenuhi secara maksimal karena keterbatasan sarana dan prasarana.

  7. Situasi dimana guru dan siswa tidak dapat bertemu pada jam pelajaran.



×
Berita Terbaru Update