“Membentuk Masa Depan Unggul Melalui Literasi Sains di Era Digital”
By Eliza Arista (2022015035)
Saat
ini, era digital mengalami perkembangan yang sangat cepat, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ini berdampak signifikan
pada pendidikan di Indonesia. Dengan pesatnya kemajuan dalam sains, manusia
harus beradaptasi dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mewujudkan pendidikan
yang semakin maju, dukungan dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
sangat penting. Salah satu cara untuk menghadapinya adalah dengan meningkatkan
literasi sains.
Literasi
sains penting dikembangkan karena: (1) pemahaman terhadap sains menawarkan
kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan mempelajari
alam; (2) dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang membutuhkan informasi dan
berpikir ilmiah untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang perlu melibatkan
kemampuan mereka dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu penting yang
melibatkan sains dan teknologi; (4) dan literasi sains penting dalam dunia
kerja, karena makin banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan-keterampilan
yang tinggi, sehingga mengharuskan orang-orang belajar sains, bernalar,
berpikir secara kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. (National
Research Council, 1996).
Literasi
sains bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sains,
mengkomunikasikan konsep-konsep sains, dan menerapkan pengetahuan sains yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah, sehingga dapat meningkatkan sikap dan
kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Pemahaman dan penguasaan sains dan
teknologi di era digital ini menjadi faktor penting dalam keberhasilan
pendidikan suatu bangsa. Pembelajaran IPA atau sains, sebagai salah satu bagian
dari pendidikan, berperan penting dalam membentuk peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, inovatif, dan mampu bersaing secara
global. Pembelajaran sains juga diharapkan menjadi dasar utama pendidikan yang
berfungsi sebagai wahana bagi peserta didik untuk lebih mengenal sains secara
kontekstual dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
literasi sains menjadi sesuatu yang wajib bagi setiap peserta didik.
Sebagaimana yang dikemukakan
bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah
salah satu cara
manusia yang mencakup aktivitas
psikologis, pengetahuan, serta
cara mengatur maupun
mengukur, yang bisa
dicoba lagi keabsahannya didasarkan
oleh perilaku kuriositas,
ketetapan hati, kegigihan
yang dilaksanakan oleh perseorangan untuk
mendekap rahasia jagat
raya.
Rendahnya hasil
belajar sains yang
diperoleh peserta didik
tentunya berhubungan dengan
proses pembelajaran sains yang
belum memberikan peluang
bagi peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran sains yang
masih bersifat menghafal
belum mampu menunjukkan
aspek sains sebagai pembelajaran
yang sesuai dengan
hakikat sains menurut (Fadillah, 2017) yaitu
sains sebagai cara berpikir, sains
sebagai cara menyedili,
sains sebagai tubuh
pengetahuan, sains dan
interaksinya dengan teknologi dan
masyarakat. Untuk mengembangkan literasi sains pada peserta didik, pendidik
berfokus pada beberapa aspek penting seperti pemahaman tentang sains, proses
ilmiah, pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman terhadap sains. Tujuan dari
upaya ini adalah agar peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka peroleh di sekolah untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan siswa dalam ilmu pengetahuan alam, mengembangkan kosa kata yang
diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu pengetahuan, serta memperjelas
hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat.
Dalam
mengimplementasikan literasi sains, guru dihadapkan pada tantangan untuk
mengintegrasikan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi, sejalan dengan gaya belajar yang beragam di antara siswa. Oleh
karena itu, literasi sains bertujuan agar siswa memiliki kemampuan seperti
memahami konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat digital, mampu mencari atau menemukan jawaban atas pertanyaan yang
muncul dari pengalaman sehari-hari, menjelaskan dan meramalkan fenomena, serta
dapat berpartisipasi dalam percakapan sosial yang melibatkan bacaan ilmiah. Selain
itu, literasi sains juga menekankan kemampuan mengidentifikasi masalah ilmiah
dan teknologi, evaluasi informasi ilmiah berdasarkan sumber dan metode yang
digunakan, serta kemampuan untuk menarik kesimpulan dan mengembangkan
argumentasi berdasarkan bukti yang ada. Semua kemampuan ini penting untuk
mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan kompleks di masa depan, baik
dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Untuk mengukur tingkat literasi
sains siswa, perlu dilakukan penilaian yang komprehensif yang mencakup semua
aspek yang telah disebutkan. Penilaian ini bertujuan untuk memastikan bahwa
tujuan pengembangan literasi sains tercapai dan siswa telah berhasil mengembangkan
keterampilan yang diperlukan dalam memahami, menerapkan, dan mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan dalam berbagai konteks. Dengan demikian, pengembangan literasi
sains bukan hanya penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
tetapi juga untuk mempersiapkan generasi muda yang kompeten, kritis, dan siap
menghadapi perubahan global di masa depan.
Literasi
sains penting bagi siswa karena beberapa alasan utama. Pertama, pemahaman sains
memberikan kepuasan pribadi dan kegembiraan, serta dapat dibagikan dengan siapa
pun. Kedua, di seluruh dunia, negara-negara menghadapi pertanyaan-pertanyaan
yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk membuat
keputusan yang penting bagi kesejahteraan masyarakat, seperti isu-isu terkait
udara, air, dan hutan. Memiliki pemahaman dan kemampuan dalam sains juga
meningkatkan kapasitas siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang penting dan
produktif di masa depan. Karena pentingnya memiliki literasi sains, sangat
diperlukan untuk membangunnya sejak dini pada siswa, yang merupakan generasi
penerus di masa mendatang. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah
melalui pengembangan pembelajaran sains yang mendukung penciptaan sumber daya
manusia yang memiliki pemahaman mendalam dalam ilmu pengetahuan.
Kemampuan literasi sains merupakan keterampilan dasar yang sangat penting
bagi peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran sains. Melalui
pendekatan yang berorientasi pada peserta didik, siswa dapat mengembangkan
kemampuan ini untuk mengaplikasikan konsep-konsep sains yang dipelajari dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di tingkat sekolah
dasar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains memiliki peran yang
krusial karena memberikan bekal kepada peserta didik untuk menghadapi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di era digital.
Pembelajaran IPA di sekolah-sekolah diharapkan mampu mengimplementasikan
literasi sains, yaitu kemampuan untuk memahami, menerapkan, dan
mengkomunikasikan konsep-konsep ilmiah dengan tepat. Pendekatan ini tidak hanya
mengajarkan siswa tentang fakta-fakta sains, tetapi juga proses ilmiah di balik
penemuan dan pembuktian teori-teori tersebut. Dengan demikian, siswa tidak
hanya menjadi konsumen informasi sains, tetapi juga menjadi produsen
pengetahuan yang dapat mengembangkan ide-ide baru dan mengatasi tantangan yang
kompleks di masa depan. Pembelajaran IPA yang efektif seharusnya melibatkan
metode yang menarik perhatian siswa, seperti eksperimen praktis, penelitian
mandiri, dan penggunaan teknologi yang relevan. Melalui pembelajaran ini, siswa
dapat belajar untuk mengamati, mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan
membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Selain itu, literasi sains juga
mencakup kemampuan untuk mengevaluasi informasi ilmiah, mengidentifikasi
masalah-masalah sains, dan berpartisipasi dalam diskusi ilmiah yang kritis.
Tujuan utama dari pembelajaran IPA yang mengimplementasikan literasi sains
adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) di masa depan. Dengan memahami dasar-dasar sains dan proses
berpikir ilmiah, siswa dapat menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi
tantangan global, memecahkan masalah-masalah kompleks, dan berkontribusi pada
kemajuan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi setiap sekolah
untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pengembangan literasi
sains siswa. Kolaborasi antara guru, siswa, dan masyarakat dalam
mengaplikasikan pengetahuan sains dalam konteks kehidupan sehari-hari dapat
memastikan bahwa siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga
keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di masa depan yang semakin didominasi
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.