PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
oleh : Dewi Fadilah
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Dewifadilah181@gmail.com
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran penting yang harus dikuasai oleh siswa karena termasuk pelajaran yang di ujian kan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk mengenali diri sendiri dan alam sekitarnya, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan mencintai alam sekitarnya sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan.
Faktanya menunjukkan ternyata masih ada sebagian siswa yang menganggap pelajaran IPA itu membosankan dan terlalu banyak hafalan. Sedangkan siswa lebih senang dengan pelajaran yang lebih menarik. Ada beberapa sebab mengapa pembelajaran IPA belum sesuai dengan harapan :
1. Metode pembelajaran kurang relevan
2. Materi pembelajaran cenderung menghafal
3. Hanya berpacu pada pedoman buku paket
4. Guru kurang memanfaatkan lingkungan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu upayanya dapat dengan melalui pendekatan kontekstual yaitu strategi pembelajaran inkuiri.
A. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkan dengan kondisi dunia nyata atau kehidupan sehari hari untuk mendorong para siswa membuat pelajaran berdasarkan penerapan teori dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penerapannya, pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen utama :
1. Konstruktivisme
2. Inquiri
3. Questioning
4. Learning comunity
5. Modeling
6. Refleksi
7. Authentic
Pendekatan pembelajaran ini mempunyai konsep ideal yang berlangsung pada pengalaman belajar dalam pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah agar murid dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Adapun pengertian pendekatan kontekstual menurut ahli, menurut Rusman (2014 : 189) “pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.
Dari uraian di atas, diartikan bahwa dengan strategi pembelajaran kontekstual dapat menghilangkan rasa bosan saat siswa menjalani proses pembelajaran disekolah. Pendekatan ini membutuhkan peran guru dengan kreativitasnya supaya para siswa dapat lebih menerima
materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut masuk ke dalam lingkungan belajar yang kondusif. Nurhadi (2004 : 18) mengungkapkan bahwa lingkungan belajar yang kondusif penting dalam pembelajaran kontekstual seperti:
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton, ke siswa aktif belajar dan berkarya, guru mengarahkan.
b. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c. Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari penilaian d. Menumbuhkan komunikasi belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Untuk menerapkan pendekatan kontekstual terdapat langkah-langkah pembelajaran antara lain:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Maka dari itu apabila guru dapat mengelola proses pembelajaran serta menciptakan pembelajaran efektif akan menghasilkan kualitas belajar yang dapat dicapai. Model pembelajaran kontekstual dilakukan secara langsung ke lapangan untuk menemukan dan mencari materi pelajaran sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.
Minat Belajar
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2003 : 180). Berikut adalah beberapa unsur-unsur yang terkandung dalam minat :
1. Minat adalah suatu gejala psikologis
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik 3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran
4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan kegiatan guna mencapai tujuan.
Jadi, minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai bentuk hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dari lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Dalam proses belajar pembelajaran IPA harus melibatkan siswa yang aktif dalam aktivitas belajarnya, kemampuan dalam memahami konsep berpikir kritis yang dikembangkan dengan pelajaran IPA di sd akan sangat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.
Untuk dapat menanamkan konsep-konsep IPA yang efisien kepada siswa ada beberapa faktor pendukung di antaranya:
a. Penguasaan guru akan mata pelajaran
b. Tersedianya alat atau sarana dan sumber-sumber yang diperlukan
c. Penguasaan metode pengajaran oleh guru
d. Kemampuan guru untuk memilih metode yang tepat sesuai dengan materi e. Tingkat kecerdasan peserta didik
f. Kondisi lingkungan belajar peserta didik.
Jika faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi maka kemungkinan besar peserta didik dapat lebih mudah dalam menguasai pelajaran IPA.
Untuk penerapan kegiatan pendekatan kontekstual guru dapat melakukan pembelajaran di luar kelas yang mengaitkan antara materi dengan lingkungan sekitar. Kegiatan tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang baru dan menyenangkan bagi setiap individu anak. Dengan terlibatnya siswa dalam suatu pembelajaran harapannya dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar terhadap pelajaran IPA, sehingga siswa tidak merasa takut dan bosan. Guru dapat mempersiapkan materi dan sumber belajar yang sekiranya dapat ditemukan dilingkungan sekolah tersebut, karena tidak semua materi yang ada di kurikulum dapat disampaikan sesuai dengan lingkungan sekolah.
Situasi pembelajaran yang kondusif harus tetap diperhatikan demi tercapainya tujuan pembelajaran, salah satunya dengan mengajak siswa untuk melakukan hal-hal yang menarik melalui berbagai macam metode. Dalam proses ini guru harus lebih berperan dengan peka terhadap lingkungan dan berusaha keras untuk meningkatkan minat belajar siswa. Melalui kegiatan tersebut anak-anak dapat memahami konsep-konsep sesungguhnya dengan belajar menyelesaikan masalah berlatih menggunakan penalaran, berlatih berpikir logis dan sistem matis serta berlatih dengan IPA. Sehingga penerapan pendekatan kontekstual yang sudah dijalankan dapat menjadi solusi untuk guru dan sekolah meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA di SD.
Untuk meyakinkan hasil meningkatnya prestasi siswa dapat menggunakan alternatif sebagai berikut:
1. Proyek/kegiatan dan laporannya
2. Pekerjaan rumah
3. Kuis
4. Karya tulis
5. Presentasi atau penampilan siswa
6. Demonstrasi
7. Laporan
8. Jurnal
9. Hasil tes tertulis
Berdasarkan hasil pembahasan yang dibahas dapat memberikan referensi dalam pendekatan pembelajaran kontekstual sebuah kelas akan berhasil jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dan tetap memperhatikan aturan-aturan pembelajaran yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Penerapan Pen Dekatan Kontekstual, Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA DI Sekolah Dasar. (n.d.).
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA. (n.d.).
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA. (n.d.).