NAMA : ALFIA LUTHFI ATHIFAH
NIM : 2024015107
KELAS / PRODI : 1D / PGSD
Generasi Emas Pendidikan Tamansiswa
Pendidikan merupakan faktor utama kemajuan sebuah bangsa. Bonus demografi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan terwujud menjadi generasi cemerlang yang disebut sebagai generasi emas di tahun 2045 melalui pendidikan. Pengajaran lebih mengarah pada kesejahteraan lahiriah yang dipersiapkan melalui sentra pendidikan yaitu sekolah, sedangkan pendidikan mengarah pada kesejahteraan batiniah yang dipersiapkan melalui Tri Sentra Pendidikan yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan memiliki makna lebih mendalam dari sekedar pengajaran, dan tidak akan berhasil ketika seluuh tanggung jawab pendidikan diserahkan kepada sekolah. Padahal, menurutnya setiap diri merupakan guru bagi siswa yang harus memberikan teladan yang baik sehingga pendidikan akan berhasil menumbuhkan sosok generasi emas harapan bangsa.
Generasi emas tahun 2045 merupakan generasi yang cemerlang, brilian, berharga, kompetitif, literat, kompeten, dan berkarakter mulia. Generasi emas tahun 2045 adalah generasi yang memiliki kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan supaya mereka dapat hidup di lingkungan masyarakat global. Terdapat 16 kecakapan yang harus dimiliki generasi emas mendatang supaya mampu bersaing dan hidup di lingkungan masyarakat dunia yang dikategorikan kedalam tiga kategori besar yaitu kategori literasi dasar (foundational literacies), kategori kompetensi (competencies), dan kategori kualitas karakter (character qualities). Kategori kemampuan literasi dasar terdiri dari enam kecakapan literasi, yaitu literasi bahasa dan sastra, numerik, sains, finansial, teknologi informasi dan komunikasi, serta budaya dan kewarganegaraan. Kategori kompetensi Abad ke-21 terdiri dari empat kecakapan (4C/4K), yaitu berpikir kritis dan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Sedangkan, kategori kualitas karakter terdiri dari enam kecakapan, yaitu rasa ingin tahu, inisiatif, pantang menyerah, adaptasi, kepemimpinan, dan sosial budaya (World Economic Forum, 2015).
Generasi mendatang selain literat juga harus kompeten dalam berpikir dan bertindak. Kompetensi abad ke-21 yang harus dimiliki generasi mendatang adalah berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan keinginan untuk mencari tahu melalui proses analisis berpikir sistem dan evaluasi terhadap suatu keadaan untuk membuat keputusan melalui ide, bukti, alasan, dan informasi dalam upaya menyelesaikan masalah. Generasi yang literat dan kompeten tidak akan memberikan manfaat banyak tanpa dibarengi dengan kualitas karakter mereka. Kualitas karakter merupakan tingkat perilaku bermutu yang menjadi kebiasaan individu dalam kesehariannya. Karakter yang mendesak dibutuhkan oleh generasi mendatang adalah rasa ingin tahu, inisiatif, pantang menyerah, adaptasi, kepemimpinan, dan sosial budaya.
Generasi mendatang adalah generasi ilmuwan yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga memiliki kepedulian terhadap masalah dunia untuk turut berkontribusi
dalam memecahkannya. Mereka memiliki inisiatif untuk berkorban dan berkiprah di tengah masyarakat dunia dengan tujuan mulia yaitu untuk kesejahteraan umat manusia. Generasi mendatang merupakan generasi yang memiliki rasa sosial yang tinggi, mereka menempatkan kepentingan dunia di atas kepentingan negara, keluarga, dan dirinya sendiri dengan menempatkan budaya bangsanya untuk menjadi bagian dari budaya global. Generasi emas mendatang yang literat, kompeten, dan memiliki kualitas karakter dapat dibangun dan ditumbuhkan melalui pendidikan kecakapan abad ke-21 di antaranya melalui pembelajaran di sekolah.
Renainsans Taman Siswa dimulai dengan melakukan revitalisasi mandat, visi, misi dan tujuannya agar mampu lebih efektif berperan aktif dalam pembangunan system pendidikan nasional yang berbasis, kebudayaan, kemanusiaan. Penentuan issue strategis utama dengan benar dan jitu sangat menentukan keberadaan, keadaan dan kinerja Taman Siswa. Tahap selanjutnya harus melakukan evaluasi diri secara obyektif, rasional, mendalam, terstruktur terpadu dan menyeluruh, melibatkan seluruh pihak. Intepresi atas analisis evaluasi diri harus meliputi faktor lingkungan internal Taman Siswa yang meliputi kultur organisasi Taman Siswa, pelaksanaan ajaran KHD, sumber daya (manusia, finansial, fisik, informasi, lembaga, unit kerja, pengurus cabang & pusat, kerjasama dsb), proses dan pelayanan, serta output dan outcome. Faktor lingkungan eksternal (lokal, nasional, regional, internasional global) juga harus dilakukan analisis mendalam, meliputi trend-kecenderungan (idiologi, politik, budaya, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan dsb), pemangku kepentingan (pemerintah, murid & mahasiswa, konsumen dsb) maupun pasar (industri, masyarakat, pemerintah, pebisnis dsb). Identifikasi problem besar yang merupakan penyakit stroke akut & kronis kehidupan Taman Siswa harus dapat dideteksi dan diformulasi dengan gamblang, jelas dan terukur sampai pada formulasi akar masalah penyebab utamanya. Gap antara situasi Taman Siswa terkini dan cita cita besar berdasar mandat, visi, misinya harus dijadikan dasar pengembangan program dengan design dan mekanisme yang terstruktur dan terpadu. Dengan demikian dapat dicarikan solusi alternatif untuk mengobati penyakit keterpurukan Taman Siswa selama ini.
Faktor pendukung keberhasilan program renainsans/reviltaliasi/pembaharuan Taman Siswa jelas membutuhkan kontribusi aktif dan nyata dari seluruh pemangku kepentingan holder. Untuk itu diperlukan keunggulan pelaksana, program, pengelolaan, keuangan dan indikator kinerja. Dengan demikian, perlu didorong agar seluruh pemangku kepentingan mempunyai rekam jejak, kemampuan, kemauan, kesempatan, kewenangan, kredibiltas, kepercayaan untuk mendukung keberhasilan dan kesejahteraan bersama. Keberhasilan penerapan sistem ajaran KHD di Taman Siswa sendiri selanjutnya agar mampu diperluas dalam program nasional yang lebih besar, memerlukan kesiapan dan penyempurnaan berjenjang secara vertikal dan horizontal, dengan mempertimbangkan local wisdom.
Budaya istimewa Taman Siswa berupa keselarasan hidup, sikap/perilaku luhur diharapkan mampu membentuk karakter: jati diri, harga diri, percaya diri, mandiri. Agar mempunyai daya tahan, daya tangkal, daya kembang, dengan ciri 9W (Wareg, Waras, Wusono, Wismo, Wasis, Waskito, Wibowo, Waluyo, Wicaksono). Diperlukan strong policy, strong strategic, strong leadership, strong regulation, strong implementation, strong commitment, strong participation untuk menciptakan pengelolaan sumber daya yang mampu mendukung sistem, konsep dan praktek pendidikan Taman Siswa seutuhnya.
Diharapkan Taman Siswa Emas dapat diwujudkan dengan “Maju tanpa menyingkirkan, Naik tanpa menjatuhkan, Besar tanpa mengecilkan, Tinggi tanpa merendahkan, Kuat tanpa melemahkan, Benar tanpa menyalahkan, Baik tanpa menjelekkan”. Prinsip yang dipberlakukan adalah: membina bukannya menghina apalagi membinasakan, memberdayakan bukannya memperdaya, mendidik bukannya membidik. Mengobati bukannya melukai, mengukuhkan bukannya meruntuhkan, saling menguatkan bukannya saling melemahkan, mengajak bukannya mengejek, menyejukkan bukannya memojokkan, mengajar bukannya menghajar, belajar bukannya saling bertengkar. Menasehati bukannya mencaci maki, merangkul bukannya memukul, bersabar bukannya ngajak mencakar, mencerdaskan bukannya membodohkan, menawarkan solusi bukannya mengumbar janji, berlomba dalam kebaikan bukannya saling menjatuhkan. Mengatasi keadaan bukannya meratapi kenyataan, mendukung semua program kebaikan bukannya memunculkan keraguan. Menyatukan kekuatan bukannya memecah belah barisan, kompak dalam perbedaan bukannya ribut mengklaim kebenaran, mencari teman bukannya mencari lawan, menampung semua lapisan bukannya memecah belah persatuan, kita bersama bukannya memaksanakan kehendak, saling islah bukannya saling salah.
Revitalisasi ajaran KHD dan Taman Siswa Emas menjadi cucuk lampah pendidikan berkebudayaan generasi emas Indonesia, tidak bisa instan dan dibebankan pada satu pihak saja, namun membutuhkan perjuangan keras secara sungguh-sungguh dan kontribusi nyata seluruh insan Taman Siswa.