-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Generasi Emas Pendidikan Tamansiswa

Kamis, 09 Januari 2025 | Januari 09, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-10T07:49:05Z

 NAMA : ALFIA LUTHFI ATHIFAH 

NIM : 2024015107 

KELAS / PRODI : 1D / PGSD 

Generasi Emas Pendidikan Tamansiswa  



Pendidikan merupakan faktor utama kemajuan sebuah bangsa. Bonus demografi yang  dimiliki oleh bangsa Indonesia akan terwujud menjadi generasi cemerlang yang disebut sebagai  generasi emas di tahun 2045 melalui pendidikan. Pengajaran lebih mengarah pada  kesejahteraan lahiriah yang dipersiapkan melalui sentra pendidikan yaitu sekolah,  sedangkan pendidikan mengarah pada kesejahteraan batiniah yang dipersiapkan melalui  Tri Sentra Pendidikan yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian,  pendidikan memiliki makna lebih mendalam dari sekedar pengajaran, dan tidak akan  berhasil ketika seluuh tanggung jawab pendidikan diserahkan kepada sekolah. Padahal,  menurutnya setiap diri merupakan guru bagi siswa yang harus memberikan teladan yang baik  sehingga pendidikan akan berhasil menumbuhkan sosok generasi emas harapan bangsa. 

Generasi emas tahun 2045 merupakan generasi yang cemerlang, brilian, berharga,  kompetitif, literat, kompeten, dan berkarakter mulia. Generasi emas tahun 2045 adalah  generasi yang memiliki kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan supaya mereka dapat hidup  di lingkungan masyarakat global. Terdapat 16 kecakapan yang harus dimiliki generasi emas  mendatang supaya mampu bersaing dan hidup di lingkungan masyarakat dunia yang  dikategorikan kedalam tiga kategori besar yaitu kategori literasi dasar (foundational  literacies), kategori kompetensi (competencies), dan kategori kualitas karakter (character  qualities). Kategori kemampuan literasi dasar terdiri dari enam kecakapan literasi, yaitu  literasi bahasa dan sastra, numerik, sains, finansial, teknologi informasi dan komunikasi, serta  budaya dan kewarganegaraan. Kategori kompetensi Abad ke-21 terdiri dari empat kecakapan  (4C/4K), yaitu berpikir kritis dan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan inovasi,  komunikasi, dan kolaborasi. Sedangkan, kategori kualitas karakter terdiri dari enam  kecakapan, yaitu rasa ingin tahu, inisiatif, pantang menyerah, adaptasi, kepemimpinan, dan  sosial budaya (World Economic Forum, 2015). 

Generasi mendatang selain literat juga harus kompeten dalam berpikir dan  bertindak. Kompetensi abad ke-21 yang harus dimiliki generasi mendatang adalah berpikir  kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi.  Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan keinginan untuk mencari tahu melalui  proses analisis berpikir sistem dan evaluasi terhadap suatu keadaan untuk membuat keputusan  melalui ide, bukti, alasan, dan informasi dalam upaya menyelesaikan masalah. Generasi  yang literat dan kompeten tidak akan memberikan manfaat banyak tanpa dibarengi dengan  kualitas karakter mereka. Kualitas karakter merupakan tingkat perilaku bermutu yang  menjadi kebiasaan individu dalam kesehariannya. Karakter yang mendesak dibutuhkan  oleh generasi mendatang adalah rasa ingin tahu, inisiatif, pantang menyerah, adaptasi,  kepemimpinan, dan sosial budaya. 

Generasi mendatang adalah generasi ilmuwan yang memiliki rasa ingin tahu yang  tinggi sehingga memiliki kepedulian terhadap masalah dunia untuk turut berkontribusi 

dalam memecahkannya. Mereka memiliki inisiatif untuk berkorban dan berkiprah di tengah  masyarakat dunia dengan tujuan mulia yaitu untuk kesejahteraan umat manusia. Generasi mendatang merupakan generasi yang memiliki rasa sosial yang tinggi, mereka  menempatkan kepentingan dunia di atas kepentingan negara, keluarga, dan dirinya sendiri  dengan menempatkan budaya bangsanya untuk menjadi bagian dari budaya global. Generasi  emas mendatang yang literat, kompeten, dan memiliki kualitas karakter dapat dibangun  dan ditumbuhkan melalui pendidikan kecakapan abad ke-21 di antaranya melalui  pembelajaran di sekolah.  

Renainsans Taman Siswa dimulai dengan melakukan revitalisasi mandat, visi, misi dan  tujuannya agar mampu lebih efektif berperan aktif dalam pembangunan system pendidikan  nasional yang berbasis, kebudayaan, kemanusiaan. Penentuan issue strategis utama dengan  benar dan jitu sangat menentukan keberadaan, keadaan dan kinerja Taman Siswa. Tahap  selanjutnya harus melakukan evaluasi diri secara obyektif, rasional, mendalam, terstruktur  terpadu dan menyeluruh, melibatkan seluruh pihak. Intepresi atas analisis evaluasi diri harus  meliputi faktor lingkungan internal Taman Siswa yang meliputi kultur organisasi Taman Siswa,  pelaksanaan ajaran KHD, sumber daya (manusia, finansial, fisik, informasi, lembaga, unit  kerja, pengurus cabang & pusat, kerjasama dsb), proses dan pelayanan, serta output dan  outcome. Faktor lingkungan eksternal (lokal, nasional, regional, internasional global) juga  harus dilakukan analisis mendalam, meliputi trend-kecenderungan (idiologi, politik, budaya,  ilmu pengetahuan, sistem pendidikan dsb), pemangku kepentingan (pemerintah, murid &  mahasiswa, konsumen dsb) maupun pasar (industri, masyarakat, pemerintah, pebisnis dsb).  Identifikasi problem besar yang merupakan penyakit stroke akut & kronis kehidupan Taman  Siswa harus dapat dideteksi dan diformulasi dengan gamblang, jelas dan terukur sampai pada  formulasi akar masalah penyebab utamanya. Gap antara situasi Taman Siswa terkini dan cita cita besar berdasar mandat, visi, misinya harus dijadikan dasar pengembangan program dengan  design dan mekanisme yang terstruktur dan terpadu. Dengan demikian dapat dicarikan solusi  alternatif untuk mengobati penyakit keterpurukan Taman Siswa selama ini. 

Faktor pendukung keberhasilan program renainsans/reviltaliasi/pembaharuan Taman  Siswa jelas membutuhkan kontribusi aktif dan nyata dari seluruh pemangku kepentingan  holder. Untuk itu diperlukan keunggulan pelaksana, program, pengelolaan, keuangan dan  indikator kinerja. Dengan demikian, perlu didorong agar seluruh pemangku kepentingan  mempunyai rekam jejak, kemampuan, kemauan, kesempatan, kewenangan, kredibiltas,  kepercayaan untuk mendukung keberhasilan dan kesejahteraan bersama. Keberhasilan  penerapan sistem ajaran KHD di Taman Siswa sendiri selanjutnya agar mampu diperluas  dalam program nasional yang lebih besar, memerlukan kesiapan dan penyempurnaan  berjenjang secara vertikal dan horizontal, dengan mempertimbangkan local wisdom. 

Budaya istimewa Taman Siswa berupa keselarasan hidup, sikap/perilaku luhur  diharapkan mampu membentuk karakter: jati diri, harga diri, percaya diri, mandiri. Agar  mempunyai daya tahan, daya tangkal, daya kembang, dengan ciri 9W (Wareg, Waras, Wusono,  Wismo, Wasis, Waskito, Wibowo, Waluyo, Wicaksono). Diperlukan strong policy, strong  strategic, strong leadership, strong regulation, strong implementation, strong commitment,  strong participation untuk menciptakan pengelolaan sumber daya yang mampu mendukung  sistem, konsep dan praktek pendidikan Taman Siswa seutuhnya.

Diharapkan Taman Siswa Emas dapat diwujudkan dengan “Maju tanpa menyingkirkan,  Naik tanpa menjatuhkan, Besar tanpa mengecilkan, Tinggi tanpa merendahkan, Kuat tanpa  melemahkan, Benar tanpa menyalahkan, Baik tanpa menjelekkan”. Prinsip yang dipberlakukan  adalah: membina bukannya menghina apalagi membinasakan, memberdayakan bukannya  memperdaya, mendidik bukannya membidik. Mengobati bukannya melukai, mengukuhkan  bukannya meruntuhkan, saling menguatkan bukannya saling melemahkan, mengajak bukannya  mengejek, menyejukkan bukannya memojokkan, mengajar bukannya menghajar, belajar  bukannya saling bertengkar. Menasehati bukannya mencaci maki, merangkul bukannya  memukul, bersabar bukannya ngajak mencakar, mencerdaskan bukannya membodohkan,  menawarkan solusi bukannya mengumbar janji, berlomba dalam kebaikan bukannya saling  menjatuhkan. Mengatasi keadaan bukannya meratapi kenyataan, mendukung semua program  kebaikan bukannya memunculkan keraguan. Menyatukan kekuatan bukannya memecah belah  barisan, kompak dalam perbedaan bukannya ribut mengklaim kebenaran, mencari teman  bukannya mencari lawan, menampung semua lapisan bukannya memecah belah persatuan, kita  bersama bukannya memaksanakan kehendak, saling islah bukannya saling salah. 

Revitalisasi ajaran KHD dan Taman Siswa Emas menjadi cucuk lampah pendidikan  berkebudayaan generasi emas Indonesia, tidak bisa instan dan dibebankan pada satu pihak saja,  namun membutuhkan perjuangan keras secara sungguh-sungguh dan kontribusi nyata seluruh  insan Taman Siswa.


×
Berita Terbaru Update