Penulis: Ellena putri bintang dihartama (2024015141)
Pendidikan merupakan salah satu elemen fundamental dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. Dalam konteks ini, pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai lokal dan karakter bangsa menjadi sangat penting. Salah satu lembaga pendidikan yang telah lama berkontribusi dalam menciptakan generasi unggul adalah Tamansiswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Melalui pendekatan pendidikan yang holistik dan berakar pada budaya, Tamansiswa dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern dan mewujudkan generasi unggul untuk Indonesia Emas. Pendidikan Tamansiswa memiliki filosofi yang mendalam, yaitu "Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Prinsip ini menekankan pentingnya teladan, partisipasi aktif, dan dukungan dalam proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus bersifat inklusif dan dapat diakses oleh semua kalangan. Dalam pandangannya, pendidikan bukan hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan kepribadian yang baik. Dengan mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, pendidikan Tamansiswa berupaya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki integritas dan rasa tanggung jawab sosial. Ini sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menghadapi era globalisasi. Pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai transformasi dan perkembangan, namun salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan sistem pendidikan nasional adalah Ki Hajar Dewantara. Melalui lembaga pendidikan yang didirikannya, Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara mengembangkan filosofi pendidikan yang tidak hanya relevan pada masanya tetapi juga sangat penting bagi masa depan bangsa. Filosofi ini berfokus pada pengembangan karakter, kebebasan belajar, dan integrasi nilai-nilai budaya lokal. Ki Hajar Dewantara juga memperkenalkan konsep Sistem Among, yang menekankan peran guru sebagai "pamong" atau pendidik yang tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga membimbing dan mendukung perkembangan karakter siswa. Dalam sistem ini, terdapat tiga pilar utama yang harus saling berkolaborasi: sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ketidakselarasan antara ketiga pilar ini dapat menyebabkan kebingungan nilai di kalangan siswa, sehingga penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis. Selain itu, ada juga konsep Tri-Nga, yang mencakup pengembangan aspek jasmani, akal, dan rohani Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan spiritual siswa.
Menuju tahun 2045, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas. Menurut berbagai analisis, Indonesia akan mengalami bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif akan meningkat. Namun, jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang baik, bonus demografi ini bisa menjadi beban. Pembangunan pendidikan harus mencakup berbagai dimensi, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam konteks ini, pendekatan pendidikan Tamansiswa yang berbasis pada nilai-nilai lokal dapat menjadi model yang relevan. Visi Indonesia Emas 2045 merupakan cita-cita besar bagi bangsa Indonesia, di mana negara ini diharapkan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada saat merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Namun, untuk mencapai visi tersebut, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks dan memerlukan perhatian serius. Salah satu tantangan terbesar dalam mencapai Indonesia Emas adalah ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi. Perbedaan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan berkualitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan sangat mencolok. Misalnya, Jakarta dan sekitarnya memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah terpencil seperti Papua atau Nusa Tenggara Timur. Jika ketimpangan ini tidak ditangani, potensi bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan justru bisa menjadi bencana, karena generasi muda berisiko menjadi pengangguran tanpa peluang kerja yang memadai. Kualitas pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, termasuk rendahnya kualitas SDM. Hasil survei internasional seperti PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam matematika, membaca, dan sains masih jauh dari standar internasional. Hal ini mengindikasikan perlunya reformasi dalam sistem pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Tanpa peningkatan kualitas pendidikan, sulit bagi Indonesia untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompetitif di pasar global. Kualitas infrastruktur juga menjadi tantangan penting menuju Indonesia Emas 2045. Infrastruktur yang baik sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konektivitas antar daerah. Saat ini, masih banyak daerah di Indonesia yang mengalami keterbatasan infrastruktur dasar seperti jalan, transportasi publik, dan akses internet. Investasi dalam infrastruktur harus menjadi prioritas agar semua daerah dapat menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Transformasi perekonomian dari ketergantungan pada sektor primer ke sektor yang lebih berkelanjutan dan berbasis teknologi adalah langkah krusial untuk mencapai status negara maju. Indonesia harus mendorong hilirisasi industri agar produk lokal memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan pengembangan inovasi dan teknologi yang dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan Tamansiswa, beberapa strategi perlu diterapkan:1) Integrasi Kurikulum Berbasis Budaya: Mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dengan pengetahuan global. Siswa perlu memahami konteks sosial budaya mereka sambil tetap relevan dengan perkembangan dunia.2) Pelatihan Guru: Meningkatkan kualitas guru sebagai agen perubahan. Guru perlu dilatih untuk menerapkan metode pembelajaran inovatif sesuai dengan prinsip-prinsip Tamansiswa.3) Pendidikan Karakter: Memfokuskan pada pengembangan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program penguatan nilai-nilai moral serta etika.4) Kolaborasi dengan Masyarakat: Mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan. Sekolah harus menjadi pusat komunitas di mana orang tua dan masyarakat berperan aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak.5) Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi informasi untuk memperluas akses pendidikan dan menyediakan sumber belajar yang lebih variatif bagi siswa. Revitalisasi pendidikan Tamansiswa juga harus dilakukan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan program-program inovatif yang dapat menarik minat generasi muda untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan. Hal ini termasuk pengembangan kurikulum yang adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Kegiatan seperti festival budaya, lomba kreativitas, dan program pertukaran pelajar antar daerah dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan cinta tanah air di kalangan siswa. Selain itu, kolaborasi antara sekolah-sekolah Tamansiswa dengan lembaga-lembaga lain—baik dari sektor publik maupun swasta—dapat memperkuat jaringan pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks, terutama dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi era globalisasi dan perkembangan teknologi. Dalam konteks ini, revitalisasi pendidikan Tamansiswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, menjadi sangat relevan. Pendidikan Tamansiswa tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Revitalisasi pendidikan Tamansiswa merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menghadapi tantangan masa depan. Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai ketamansiswaan, mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kurikulum, serta membangun kolaborasi yang kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan karakter dan kecerdasan siswa. Melalui upaya bersama ini, cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan sukses melalui generasi muda yang unggul dan berkarakter. Melalui upaya bersama dari pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat, cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan sukses. Generasi muda Indonesia harus dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang mampu bersaing di tingkat global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang berbudaya. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya sekadar proses belajar mengajar tetapi juga sebuah investasi untuk masa depan bangsa.