-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

PENDIDIKAN TAMANSISWA SOLUSI INDONESIA EMAS 2045

Rabu, 08 Januari 2025 | Januari 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-08T17:17:17Z

 Penulis: Kamilah Romadhoni  (2024015119) 



Indonesia Tengah menapaki jalan menuju sebuah visi yang besar, yaitu Indonesia Emas  2045. Yang dalam visi tersebut terdapat suatu harapan yaitu diharapkan Indonesia menjadi  negara yang maju dengan sumber daya manusia yang unggul, ekonomi yang kuat serta berdaya  saing global. Dan salah satu pilar utama untuk mencapai visi tersebut adalah Pendidikan. Maka  dari situlah timbullah sebuah pemikiran dan konsep Pendidikan Tamansiswa, yang dirintis oleh  Ki Hadjar Dewantara. 

Pendidikan Tamansiswa 

Tamansiwa didirikan oleh bapak Pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922  sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem Pendidikan kolonial yang diskriminatif.  Tamansiswa juga menekankan pada kebebasan, kemerdekaan, dan pembentukan karakter yang  berlandaskan nilai-nilai kebangsaan. Tamansiswa juga memiliki prinsip utama yang diterapkan 

dalam Pendidikan yaitu trilogi yang berarti: 

- Ing ngarso sung tulodo ( didepan memberi teladan ) 

- Ing madyo mangun karso ( Ditengah membangun semangat ), dan 

- Tut Wuri Handayani ( Dibelakang memberi dorongan ) 

Dalam konteks tersebut, filosofi ini tetap sesuai untuk membangun sebuah generasi emas yang tidak hanya secara cerdas pikiran, tetapi juga memiliki jiwa karakter yang kuat dan  kebangsaan yang tinggi. Juga dalam menuju Indonesia Emas 2045 terdapat beberapa tantangan  dalam Pendidikan, diantaranya:  

1. Kesenjangan Pendidikan 

Dalam kesenjangan Pendidikan ini hal yang terkait itu mengenai askes Pendidikan  antara perkotaan dan pedesaan yang masih menjadi masalah utama. Terutama anak-anak  yang yang ada di daerah terpencil mereka tidak mendapatkan fasilitas Pendidikan yang  kurang memadai.

2. Kualitas Pendidikan 

Di Indonesia kualitas Pendidikan masih sangat terlihat rendah jika dibanding dengan  negara" maju yang dapat terbukti rendahnya peringkat Indonesia dalam tes internasional  seperti PISA ( Programme for International Student Assessment ). 

3. Relevansi Kurikulum  

Kurikulum dalam pendidikan ini sering kali dianggap kurang sejalan dengan  perkembangan zaman. Juga pendidikan formal cenderung fokus pada aspek akademik tanpa  memperhatikan perkembanga dan karakter. 

4. Bonus Demografi 

Pada 2045, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah  penduduk akan semakin bertambah namun apabila tidak dikelola dengan baik, maka bonus  ini dapat menjadi bencana demografi. 

Dari tantangan diatas, pendidikan tamansiswa pun juga memiliki beberapa Solusi untuk  menghadapi tantangan tersebut, diantaranya: 

1. Pendidikan berbasis karakter  

Tamansiswa sangat menekankan pentingnya pembentukan karakter ini melalui  Pendidikan. Ki hajar dewantara juga percaya bahwa Pendidikan bukan hanya soal memberikan  ilmu tetapi juga pembentukan budi pekerti. Dan dari Pendidikan karakter ini dalam konteks  Indonesia emas 2045 dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas saja namun memiliki  etika dan rasa tanggung jawab. 

2. Pendidikan Merdeka 

Konsep Pendidikan Merdeka yang diterapkan pada tamansiswa mengajarkan  kebebasan berfikir dan belajar sesuai dengan potensi setiap individu. Dari Pendidikan yang  memberikan kebebasan akan melahirkan innovator dan pemimpin yang dapat berfikir kreatif  dalam menghadapi suatu permasalahan. 

3. Kearifan lokal sebagai basis Pendidikan 

Tamansiswa juga mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam Pendidikan. Dengan  menjadikan kearifan local sebagai basis, generasi muda tidak hanya mengenal budaya global  tetapi juga bangga dengan identitas kebangsaan mereka. Yang dalam konteks Indonesia emas  2045, dapat menjaga keutuhan dan keberagaman bangsa. 

Tamansiswa juga mengimplementasikan metode pengajaran yang interaktif dan  partisipatif. Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang 

mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Metode ini bertujuan  untuk melatih siswa berpikir kritis dan mandiri, sehingga mereka tidak hanya menjadi  penerima informasi, tetapi juga mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi tersebut. Dalam konteks nasionalisme, kemampuan berpikir kritis ini penting agar siswa dapat memahami dan mengkritisi berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan, serta memperkuat tekad mereka  untuk memperjuangkan keadilan dan kedaulatan bangsa. Pendekatan pendidikan di Tamansiswa  juga sangat memperhatikan pengembangan karakter siswa. Nilai-nilai seperti gotong royong,  disiplin, tanggung jawab, dan integritas diajarkan melalui berbagai kegiatan disekolah. Misalnya,  kegiatan kerja bakti dan proyek kelompok mendorong siswa untuk bekerja sama dan saling  membantu, yang merupakan cerminan dari semangat gotong royong.  

Nilai-nilai ini tidak hanya penting untuk kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi fondasi bagi terbentuknya sikap nasionalisme yang kuat. Tamansiswa juga memberikan ruang  bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Aktivitas seperti pementasan  seni, upacara bendera, dan peringatan hari-hari besar nasional menjadi bagian dari kurikulum yang  bertujuan untuk menanamkan rasa bangga dan cinta kepada tanah air. Melalui keterlibatan dalam  kegiatan-kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang sejarah dan budaya Indonesia, tetapi juga 

merasakan langsung pentingnya solidaritas dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara. 

Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan  masyarakat dalam mendidik anak. Dengan melibatkan orang tua dalam proses pendidikan,  Tamansiswa memastikan bahwa nilai-nilai nasionalisme yang diajarkan di sekolah juga  diterapkan dan diperkuat dirumah. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi  perkembangan sikap dan pemahaman nasionalisme siswa. 

Berpikir merupakan kunci utama bagi transformasi hidup seseorang secara internal dan  eksternal. Internal menyangkut refleksi diri, sementara eksternal 1 menyangkut bagaimana relasi  dengan pihak luar diri. Begitulah awal munculnya apa yang disebut dengan pendidikan itu la lahir  dari aktivitas berpikir manusia tentang hidup yang bermakna, bernilai, bermartabat dan bersahaja.  Dalam konteks itu pula, gagasan-gagasan seorang Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan  pertama-tama merupakan upayanya berpikir untuk menyiasati perwujudan kondisi kehidupan  yang bermakna, bernilai, bermartabat dan bersahaja. Kehidupan demikian tentu menjadi prioritas  penjajah bagi golongannya, tapi tidaklah demikian bagi golongan bumiputra (terjajah).  

Gagasan-gagasan Ki Hadjar Dewantara seputar pendidikan merupakan tanggapan  kritisnya terhadap kebutuhan golongan terjajah pada zamannya. Ia berpikir perihal bagaimana  mencerdaskan orang-orang yang senasib dengan dirinya agar mereka sadar akan hak-hak 

hidupnya. Dalam rangka itu pula, Ki Hadjar Dewantara sebetulnya telah berupaya membuka jalan  untuk mengatasi persoalan kesenjangan sosial dan pelanggaran hak-hak manusia pada masanya.  Pendidikan juga adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup  timbulnya jiwa raga anak didik, agar dalam garis kodrat pribadinya dan pengaruh-pengaruh  lingkungannya mendapat kemajuan hidup lahir batin. Pendidikan berlangsung dalam tiga  lingkungan yang disebut Tri Pusat Pendidikan yaitu: 

1. Lingkungan Keluarga 

Terutama mengenai Pendidikan budi pekerti, keagamaan dan kemasyarakatan  secara informal. 

2. Lingkungan Sekolah 

Terutama mengenai ilmu pengetahuan, kecerdasan dan pengembangan budi  pekerti secara formal. 

3. Lingkungan Masyarakat 

Terutama mengenai pengembangan keterampilan latihan kecakapan  pengembangan bakat secara non-formal.  

Pendidikan tamansiswa dilaksanakan berdasarkan Sistem Among yaitu sistem Pendidikan yang  berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini, setiap  pendidik harus meluangkan waktu selama 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan  kepada anak didik. 

1. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan  dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. 

2. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan  kekuatan lahir dan batin, hingga hidup merdeka atau dapat berdiri sendiri  (Ahmadi 1975: 44; Djumhur & Danasuparta (1976:174) 

Penerapan " Sistem Among" dalam Pendidikan tamansiswa salah satu aspeknya adalah  mewajibkan guru-guru untuk berperan sebagai " pemimpin yang berjalan tetapi mempengaruhi  " dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengaktualisasikan diri. Inilah yang  secara singkat disebut dengan semboyan " Tut Wuri Handayani " (Surjomihardjo, 1986:88).


×
Berita Terbaru Update