Hambatan dan Solusi Guru dalam Penerapan Modifikasi Perilaku Berdasarkan Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar Inklusif
Gita Pawestri / 20220150851,
Gayuh Anna Candra Kirana / 20220151202
1,2Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
e-mail: * gayuhanna@gmail.com *gitapawestri039@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan inklusif di sekolah dasar merupakan usaha untuk memfasilitasi belajar yang secara merata bagi semua siswa, tidak ada perbedaan cara guru dalam menyampaikan pembelajaran, terlebih kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif merupakan sebuah paradigma yang menempatkan pentingnya akses pendidikan yang setara bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus (Setiawan, E., & Apsari, N.C., 2019). Dalam konteks ini, inklusi ini merujuk pada praktik mengintegrasikan siswa dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan belajar yang umum, dengan harapan bahwa mereka dapat belajar dan berkembang secara bersama teman sebaya mereka (Ghita, A.M., Wahyuningsih, W., dan Ulfa, Z., 2017). Dalam lingkup ini, strategi utama yang digunakan dalam membantu siswa meningkatkan ketrampilan sosial, emosional, dan akademik secara optimal merupakan penerapan modifikasi perilaku. Pada saat penerapan modifikasi perilaku di sekolah dasar inklusif tidak lepas dari tantangan yang sangat beragam dapat dilihat dari segi kompetensi guru, sumber daya ataupun dukungan dari lingkungan sekolah.
Berbagai tantangan tersebut, perlu untuk dianalisis serta perlu diatasi, supaya kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif dan dapat bermanfaat bagi seluruh siswa. Oleh sebab itu, pembahasan artikel ini difokuskan terhadap berbagai masalah yang sering muncul dan harus dihadapi dalam penerapan modifikasi perilaku di sekolah dasar inklusif beserta solusi yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan strategi yang utama dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengutamakan kebutuhan atau karakteristik siswa dalam belajar yang mencakup kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar. Guru harus menyesuaikan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan konten, proses, produk, dan lingkungan belajar supaya pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan merata
Modifikasi perilaku merupakan upaya yang terstruktur dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar yang difokuskan untuk mengubah perilaku seseorang, diutamakan untuk menghilangkan perilaku tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan atau dengan situasi tertentu, sehingga menyebabkan masalah bagi individu atau kelompok. Modifikasi perilaku tersebut juga difokuskan untuk memperkuat perilaku adaptif atau perilaku yang mampu beradaptasi. Pendekatan ini didasarkan pada teori pengondisian yang di mana perubahan perilaku dapat tercapai dengan pengaturan stimulus, respons, dan konsekuensi yang menyertainya. Modifikasi perilaku mementingkan penaksiran perilaku yang objektif serta penerapan teknik kondisioning sehingga menghasilkan perubahan frekuensi, intensitas, atau durasi perilaku tertentu. Teknik tersebut melibatkan penguatan positif, penguatan negatif ataupun hukuman, serta bertujuan menghasilkan, meningkatkan, atau mempertahankan perilaku yang diinginkan serta mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
PEMBAHASAN
Pendidikan inklusif di sekolah dasar merupakan sistem yang diselenggarakan oleh pendidikan di Indonesia yang bertujuan menyamaratakan seluruh siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus tanpa adanya diskriminasi dalam proses atau kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah. Dalam hal ini keberagaman dan perbedaan individual sangat difokuskan dalam pelayanan kebutuhan setiap siswa. Menciptakan lingkungan belajar yang ramah, inklusif, dan mendukung perkembangan potensi setiap anak secara optimal, baik dari segi akademik, sosial maupun emosional merupakan tujuan dari pendidikan inklusif.
Hambatan dalam Penerapan Modifikasi Perilaku di sekolah dasar inklusif
Terbatasnya Sumber Daya Manusia (Guru yang Profesional)
Seorang guru sangat berperan dalam keberhasilan dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berdiferensiasi. Namun, semua guru tidak mempunyai pemahaman yang luas, keterampilan praktis, dan keyakinan pada diri sendiri dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang peka terhadap kebutuhan siswa. Kemampuan dalam melaksanakan asesmen awal, membuat rencana pembelajaran, mengelola kelas supaya efektif dan dapat memberikan umpan balik antara guru dan siswa serta dapat beradaptasi maupun berkolaborasi bersama rekan sejawat.
Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Pembelajaran yang berdiferensiasi pada umumnya harus disesuaikan dengan sumber belajar yang beraneka ragam. Namun, pada kenyataannya banyak sekolah di Indonesia yang masih memiliki kondisi yang kurang memadai atau masih terbatas. Beberapa kendala yang muncul antara lain yaitu ruang kelas yang kurang memadahi, contohnya ruang kelas yang sempit dan keterbatasan sumber belajar, seperti tidak tersedianya buku dengan tingkat kesulitan berbeda dan teknologi yang masih terbatas. (Umayrah & Wahyudin, 2024).
Hambatan dalam Asesmen Kebutuhan Siswa yang Efektif
Seorang guru pada umumnya harus mengenali karakteristik siswa, seperti kesiapan belajar, miat belajar, dan gaya belajar yang merupakan fondasi pembelajaran berdiferensiasi. Namun, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru seperti, keterbatasan waktu yang sering kali kesulitan dalam mengelola waktu untuk melakukan asesmen awal. Selain itu, kendala yang dialami kurangnya pemahaman teknik asesmen. Krena hal itu, guru tidak bisa melakukan pemetaan terhadap kebutuhan siswa.
Kurangnya Dukungan dari Lingkungan Sekolah dan Keluarga
Dukungan dari lingkungan sekolah dan keluarga merupakan suatu tindakan yang penting untuk keberhasilan modifikasi perilaku. Namun, hal tersebut tidak mudah untuk diimplementasikan karena terdapat beberapa kendala, seperti kurangnya kolaborasi antar guru, karena kolaborasi antar guru dapat merencanakan praktik yang efektif. Selain itu, kendala yang dihadapi guru adalah kurangnya pemahaman dan komitmen sekolah. Karena pada dasarnya peran kepala sekolah sangat penting dalam mendukung pengimplementasian modifikasi perilaku.
Solusi Dalam Penerapan Modifikasi Perilaku di Sekolah Dasar Inklusif
Pelatihan Guru Secara Berkala dan Komperhensif
Pada umumnya pelatihan yang dilakukan secara berkala dan menyeluruh dapat membekali guru dengan pemahaman yang bermakna tentang prinsip – prinsip diferensiasi dan modifikasi perilaku, strategi untuk melaksanaka kegiatan pembelajaran di kelas dan keterampilan dalam melakukan asesmen serta melakukan evaluasi yang berkaitan. (Supriana, Liliani, & Luthfia (2024)) menekankan perlunya peningkatan kompetensi guru yang dilakukan dengan pelatihan dan berfokus pada strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kolaborasi Antara Guru, Orang Tua, dan Tenaga Pendukung
Kolaborasi atau kerja sama yang dilakukan dapat menghasilkan pertukaran informasi dari guru, orang tua, ataupun tenaga pendukung lainnya yang dapat mendukung terlaksananya penerapan modifikasi perilaku dalam proses pembelajaran berdiferensiasi di Sekolah Dasar Inklusif.
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran yang Ramah Anak dan Berpusat pada Kebutuhan Siswa
Siswa membutuhkan pembelajaran yang aktif, interaktif, menyenangkan, dan sesuai dengan minat dan gaya belajarnya. Pembelajaran tersebut akan lebih efektif dalam mempertahankan fokus atau konsentrasi siswa dan keterlibatan semua siswa. Hal tersebut mencerminkan kegiatan pembelajaran yang berdiferensiasi.
Penciptaan Lingkungan Sekolah yang Inklusif dan Mendukung
Pentingnya penciptaan lingkungan sekolah yang inklusif dan mendukung akan berperan positif terhadap perilaku siswa, karena siswa merasa dihargai, diterima, dan didukung oleh lingkungan sekolah. Selain dapat berperan positif, lingkungan belajar juga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan emosional setiap siswa dan dapat mengurangi masalah perilaku.
KESIMPULAN
Dengan adanya penerapan modifikasi perilaku dalam pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dasar inklusid terdapat sejumlah hambatan, termasuk terbatasnya sumber daya manusia (guru yang profesional), sarana dan prasarana yanag kurang memadai, hambatan dalam asesmen kebutuhan siswa yang efektif dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekolah dan keluarga. Namun, terdapat beberapa solusi yang praktif dan efektif seperti pelatihan guru secara berkala dan komprehensif, kolaborasi antara guru, orang tua dan tenaga pendukung, penggunaan pendekatan pembelajaran yang ramah anak dan berpusat pada kebutuhan siswa dan penciptaan lingkungan sekolah yang inklusif dan mendukung.
Daftar Pustaka
Ghita, A. M., Wahyuningsih, W., & Ulfa, Z. (2017). Model Pendidikan Inklusi Bagi Anak Usia Dini di Paud Terpadu Putra Harapan Purwokerto. Jurnal Penelitian Agama, 18(2), 356-370.
Marlina, M., Efrina, E., & Kusumastuti, G. (2020). Model Asesmen Pembelajaran Berdiferensiasi Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif. Jurnal Orthopedagogik, 1(3), 17-36
Marzoan, M. (2023). Penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dasar (tinjauan literature dalam implementasi kurikulum merdeka). Renjana Pendidikan Dasar, 3(2), 113-122.
Setiawan, E., & Apsari, N. C. (2019). Pendidikan Inklusif: Upaya Mewujudkan Kesetaraan dan Non Diskriminatif di Bidang Pendidikan bagi Anak Dengan Disabilitas (AdD). Sosio Informa, 5(3).
Umayrah, A., & Wahyudin, D. (2024). Analisis Kesulitan Guru Sekolah Dasar dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasarkan Gaya Belajar Siswa pada Kurikulum Merdeka. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 6(3), 1957-1967
Supriana, E., Liliani, N. T., & Luthfia, R. Z. (2024). TANTANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI : SEBUAH STUDI LITERATUR. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan, 4(5), 1-10.