-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Modifikasi Perilaku sebagai Kunci Keberhasilan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Rabu, 16 April 2025 | April 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T02:58:46Z

Modifikasi Perilaku sebagai Kunci Keberhasilan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Isna Nihaya/2022015151 

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 

isnanihayaa@gmail.com 



I. Pendahuluan 

Hal yang sangat mendasar dalam Modifikasi Perilaku adalah perilaku dari manusia itu  sendiri. sedangkan perilaku adalah sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang  untuk menggambarkan perilaku yang mengikuti orang tersebut, sehingga perilaku dapat  digambarkan sebagai berikut: sesuatu yang dikatakan sebagai perilaku adalah apabila 

melibatkan aksi seseorang yaitu apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang, dan hal tersebut dideskripsikan dengan menindaki kata kerja dan dengan cara mengidentifikasi perilakunya dan perilaku tersebut memiliki satu atau lebih dua dimensi yang bisa diukur  berdasarkan frekuensi, durasi, intensitas dan latensitas selanjutnya perilaku ini dapat diamati,  dideskripsi dan direkam oleh orang lain ataupun orang yang terlibat dalam perilaku tersebut  (Ratna,1989). Modifikasi perilaku adalah prinsip atau prosedur yang digunakan untuk merubah perilaku manusia dengan mempertimbangkan contoh yang menyertai dan perilaku ini sah menurut hukum, peristiwa yang menyertai sebuah perilaku secara sistematis dipengaruhi oleh lingkungan (Sunardi, 1996). Menurut Skinner (1974) perilaku dapat tertutup dan terbuka, maksudnya adalah, sebuah perilaku dikatakan terbuka kalau bisa diamati, diukur dan direkam  oleh orang lain sedangkan perilaku tertutup tidak bisa diamati dan diukur oleh orang lain misalnya berpikir. 

Pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia masih menghadapi berbagai  tantangan, baik dari segi fasilitas, tenaga pendidik, maupun pendekatan pembelajaran. Salah  satu persoalan krusial yang sering muncul adalah perilaku menantang yang ditunjukkan oleh  anak-anak ABK, seperti tantrum, agresivitas, atau menarik diri. Jika tidak ditangani dengan  tepat, perilaku tersebut dapat menghambat proses belajar-mengajar, baik bagi anak itu sendiri  maupun bagi teman-teman sekelasnya (Sugihartatik, 2024).

II. Pembahasan  

Pengertian dan Prinsip Dasar Modifikasi Perilaku 

Modifikasi perilaku merupakan pendekatan yang berakar dari teori behaviorisme, di mana  fokus utamanya adalah mengembangkan perilaku yang diinginkan sekaligus mengurangi  tindakan yang tidak sesuai. Pendekatan ini memanfaatkan sejumlah teknik seperti penguatan  positif, sistem token (token economy), pembentukan bertahap (shaping), serta waktu jeda atau  hukuman ringan (time-out). Konsistensi dan pemberian penguatan secara tepat merupakan inti  keberhasilan strategi ini (Faz, 2015; Khair et al., 2022). 

Dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus, strategi ini berfungsi sebagai panduan  praktis untuk membantu anak memahami dampak dari setiap perilakunya. Melalui metode  yang menyenangkan dan terstruktur, anak dapat diarahkan untuk menunjukkan perilaku yang  sesuai. Prinsip dasarnya adalah bahwa setiap perilaku muncul karena adanya pemicu tertentu  dan dapat dibentuk melalui pengaruh dari konsekuensinya. 

Untuk menerapkan strategi ini secara tepat, penting dilakukan analisis fungsional terhadap  perilaku anak, yang mencakup tiga komponen utama: pemicu (antecedent), perilaku yang  tampak (behavior), dan konsekuensinya (consequence)—atau dikenal dengan model ABC.  Pemahaman terhadap pola ini memungkinkan guru dan orang tua merancang intervensi yang  lebih spesifik dan berdampak positif. Dengan penerapan yang konsisten, strategi ini juga  mendukung terbentuknya kebiasaan baik serta lingkungan belajar yang lebih kondusif dan  terarah. 

Efektivitas Modifikasi Perilaku dalam Menangani Perilaku Menantang Penerapan modifikasi perilaku terbukti efektif dalam menangani berbagai bentuk perilaku  menantang pada anak berkebutuhan khusus. Misalnya, Fahlevi dan Basaria (2022) dalam  penelitiannya menunjukkan bahwa teknik-teknik modifikasi seperti penguatan positif berhasil  meningkatkan kemandirian anak dengan Down Syndrome dalam melakukan aktivitas bina diri  sehari-hari.  

Begitu pula Miranti dan Pratikto (2020) membuktikan bahwa metode token economy  mampu mendorong peningkatan kemampuan bersosialisasi pada anak dengan retardasi mental.  Teknik ini memberi penghargaan langsung atas perilaku yang sesuai, yang membuat anak lebih  termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut dalam berbagai konteks sosial.

Dari berbagai temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa modifikasi perilaku bersifat  fleksibel dan dapat disesuaikan dengan karakteristik individual anak. Tidak hanya membantu  anak mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, tetapi juga mendorong pembentukan pola  perilaku baru yang lebih produktif dan mendukung proses belajar. Namun, efektivitas strategi  ini sangat bergantung pada konsistensi penerapannya di rumah dan di sekolah, serta  pemahaman para pendidik terhadap kebutuhan spesifik anak. 

Peran Guru, Orang Tua, dan Lingkungan Sekolah 

Keberhasilan modifikasi perilaku tidak hanya bergantung pada teknik yang digunakan,  tetapi juga pada peran para pendukung di sekitar anak. Guru memiliki peran penting dalam  menerapkan strategi modifikasi perilaku di kelas, sementara orang tua berperan dalam  melanjutkan penerapan strategi di rumah. Kolaborasi keduanya menjadi kunci agar anak  mendapatkan penguatan yang konsisten (Irvan et al., 2021). Sekolah juga harus menciptakan  lingkungan yang inklusif dan suportif. Dukungan dari teman sebaya, keterlibatan staf sekolah  lain seperti konselor atau psikolog, serta keterlibatan masyarakat sekitar juga sangat diperlukan  agar lingkungan anak menjadi kondusif untuk pembentukan perilaku positif. 

Teknologi dan Inovasi dalam Modifikasi Perilaku 

Seiring perkembangan teknologi, pendekatan modifikasi perilaku kini bisa diperkuat  dengan media digital. Misalnya, pengembangan aplikasi mobile untuk membantu melatih  perilaku anak dengan kebutuhan khusus terbukti efektif dalam memudahkan guru dan orang  tua memonitor perkembangan anak (Maulana, 2023). Aplikasi ini memungkinkan  pendokumentasian perilaku, penjadwalan intervensi, dan pelaporan perkembangan yang lebih  efisien. Selain itu, penggunaan alat bantu visual seperti kartu perilaku, jadwal harian  bergambar, atau aplikasi berbasis Augmented Reality dapat membantu anak memahami  rutinitas dan ekspektasi perilaku dengan lebih jelas, terutama bagi anak yang mengalami  hambatan komunikasi atau autisme. 

Tantangan dalam Penerapan dan Solusi 

Meskipun terbukti efektif, penerapan modifikasi perilaku di lapangan tidak lepas dari  tantangan. Guru seringkali tidak mendapatkan pelatihan khusus dalam strategi ini. Selain itu,  keterbatasan alat bantu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas inklusif, serta stigma 

masyarakat terhadap ABK juga menjadi hambatan. Untuk mengatasinya, perlu ada pelatihan  guru secara berkala, penyediaan sumber daya yang memadai, serta edukasi publik tentang  pentingnya pendekatan ini dalam mendukung pendidikan inklusif (Satriyawan & Ichsan,  2020). Pemerintah juga perlu memberikan regulasi yang mendukung, termasuk dalam hal  alokasi anggaran pendidikan untuk penyediaan fasilitas khusus bagi ABK. 

III. Kesimpulan 

Modifikasi perilaku bukan hanya sekadar teknik dalam pendidikan, tetapi juga merupakan  bentuk kepedulian terhadap kebutuhan unik setiap anak. Dengan strategi yang tepat dan  keterlibatan semua pihak, ABK memiliki peluang besar untuk berkembang lebih optimal.  Modifikasi perilaku telah terbukti mampu mengurangi perilaku menantang dan membentuk  perilaku positif yang mendukung proses pembelajaran dan kehidupan sosial anak. Untuk itu,  mari kita dorong lebih banyak pelatihan, dukungan kebijakan, dan kesadaran publik mengenai  pentingnya pendekatan ini. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan pendidikan yang lebih  inklusif, ramah, dan memanusiakan semua peserta didik tanpa kecuali. 

Referensi 

Fahlevi, R., & Basaria, D. (2022). Penerapan Teknik Modifikasi Perilaku untuk Meningkatkan  Kemampuan Bina Diri pada Anak dengan Down Syndrome. Jurnal Kesehatan Mental  Indonesia, 1(1). 

Faz, G. O. (2015). Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Pembentukan (Shaping) untuk  Membentuk Perilaku Sosial Anak dengan Ketidakmampuan Intelektual Ringan. Jurnal  Psikologi Tabularasa, 10(2). 

Irvan, M., et al. (2021). Pemberdayaan Orang Tua Dalam Menerapkan Program CBT Untuk  Anak Berkebutuhan Khusus. Special and Inclusive Education Journal (SPECIAL), 2(2). 

Khair, A., et al. (2022). Implementasi Peningkatan Karakter Melalui Terapi Konseling  Behavior untuk Memodifikasi Perilaku Negatif Peserta Didik Tunadaksa di Sekolah Inklusif.  Jurnal DIDIKA, 8(2).

Maulana, R. (2023). Rancang Bangun Aplikasi Mobile Learning untuk Modifikasi Perilaku  pada Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam  Pendidikan, 11(1). 

Miranti, D., & Pratikto, H. (2020). Modifikasi Perilaku dengan Cara Token Ekonomi untuk  Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Retardasi Mental. Jurnal Psikologi  Klinis Indonesia, 5(2). 

Satriyawan, A. N., & Ichsan, A. S. (2020). Modifikasi Perilaku Anak: Implementasi Teknik  Pengelolaan Diri dan Keterampilan Sosial di Ngawi Jawa Timur. Al-Adzka, 10(1). 

Sugihartatik. (2024). Pengaruh Penggunaan Modifikasi Perilaku Dalam Meminimalisir  Perilaku Memukul Anak ADHD. SPEED Journal, 8(1).

 

×
Berita Terbaru Update