Modifikasi Perilaku sebagai Kunci Keberhasilan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Isna Nihaya/2022015151
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
isnanihayaa@gmail.com
I. Pendahuluan
Hal yang sangat mendasar dalam Modifikasi Perilaku adalah perilaku dari manusia itu sendiri. sedangkan perilaku adalah sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang untuk menggambarkan perilaku yang mengikuti orang tersebut, sehingga perilaku dapat digambarkan sebagai berikut: sesuatu yang dikatakan sebagai perilaku adalah apabila
melibatkan aksi seseorang yaitu apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang, dan hal tersebut dideskripsikan dengan menindaki kata kerja dan dengan cara mengidentifikasi perilakunya dan perilaku tersebut memiliki satu atau lebih dua dimensi yang bisa diukur berdasarkan frekuensi, durasi, intensitas dan latensitas selanjutnya perilaku ini dapat diamati, dideskripsi dan direkam oleh orang lain ataupun orang yang terlibat dalam perilaku tersebut (Ratna,1989). Modifikasi perilaku adalah prinsip atau prosedur yang digunakan untuk merubah perilaku manusia dengan mempertimbangkan contoh yang menyertai dan perilaku ini sah menurut hukum, peristiwa yang menyertai sebuah perilaku secara sistematis dipengaruhi oleh lingkungan (Sunardi, 1996). Menurut Skinner (1974) perilaku dapat tertutup dan terbuka, maksudnya adalah, sebuah perilaku dikatakan terbuka kalau bisa diamati, diukur dan direkam oleh orang lain sedangkan perilaku tertutup tidak bisa diamati dan diukur oleh orang lain misalnya berpikir.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi fasilitas, tenaga pendidik, maupun pendekatan pembelajaran. Salah satu persoalan krusial yang sering muncul adalah perilaku menantang yang ditunjukkan oleh anak-anak ABK, seperti tantrum, agresivitas, atau menarik diri. Jika tidak ditangani dengan tepat, perilaku tersebut dapat menghambat proses belajar-mengajar, baik bagi anak itu sendiri maupun bagi teman-teman sekelasnya (Sugihartatik, 2024).
II. Pembahasan
Pengertian dan Prinsip Dasar Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku merupakan pendekatan yang berakar dari teori behaviorisme, di mana fokus utamanya adalah mengembangkan perilaku yang diinginkan sekaligus mengurangi tindakan yang tidak sesuai. Pendekatan ini memanfaatkan sejumlah teknik seperti penguatan positif, sistem token (token economy), pembentukan bertahap (shaping), serta waktu jeda atau hukuman ringan (time-out). Konsistensi dan pemberian penguatan secara tepat merupakan inti keberhasilan strategi ini (Faz, 2015; Khair et al., 2022).
Dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus, strategi ini berfungsi sebagai panduan praktis untuk membantu anak memahami dampak dari setiap perilakunya. Melalui metode yang menyenangkan dan terstruktur, anak dapat diarahkan untuk menunjukkan perilaku yang sesuai. Prinsip dasarnya adalah bahwa setiap perilaku muncul karena adanya pemicu tertentu dan dapat dibentuk melalui pengaruh dari konsekuensinya.
Untuk menerapkan strategi ini secara tepat, penting dilakukan analisis fungsional terhadap perilaku anak, yang mencakup tiga komponen utama: pemicu (antecedent), perilaku yang tampak (behavior), dan konsekuensinya (consequence)—atau dikenal dengan model ABC. Pemahaman terhadap pola ini memungkinkan guru dan orang tua merancang intervensi yang lebih spesifik dan berdampak positif. Dengan penerapan yang konsisten, strategi ini juga mendukung terbentuknya kebiasaan baik serta lingkungan belajar yang lebih kondusif dan terarah.
Efektivitas Modifikasi Perilaku dalam Menangani Perilaku Menantang Penerapan modifikasi perilaku terbukti efektif dalam menangani berbagai bentuk perilaku menantang pada anak berkebutuhan khusus. Misalnya, Fahlevi dan Basaria (2022) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa teknik-teknik modifikasi seperti penguatan positif berhasil meningkatkan kemandirian anak dengan Down Syndrome dalam melakukan aktivitas bina diri sehari-hari.
Begitu pula Miranti dan Pratikto (2020) membuktikan bahwa metode token economy mampu mendorong peningkatan kemampuan bersosialisasi pada anak dengan retardasi mental. Teknik ini memberi penghargaan langsung atas perilaku yang sesuai, yang membuat anak lebih termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut dalam berbagai konteks sosial.
Dari berbagai temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa modifikasi perilaku bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan karakteristik individual anak. Tidak hanya membantu anak mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, tetapi juga mendorong pembentukan pola perilaku baru yang lebih produktif dan mendukung proses belajar. Namun, efektivitas strategi ini sangat bergantung pada konsistensi penerapannya di rumah dan di sekolah, serta pemahaman para pendidik terhadap kebutuhan spesifik anak.
Peran Guru, Orang Tua, dan Lingkungan Sekolah
Keberhasilan modifikasi perilaku tidak hanya bergantung pada teknik yang digunakan, tetapi juga pada peran para pendukung di sekitar anak. Guru memiliki peran penting dalam menerapkan strategi modifikasi perilaku di kelas, sementara orang tua berperan dalam melanjutkan penerapan strategi di rumah. Kolaborasi keduanya menjadi kunci agar anak mendapatkan penguatan yang konsisten (Irvan et al., 2021). Sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif. Dukungan dari teman sebaya, keterlibatan staf sekolah lain seperti konselor atau psikolog, serta keterlibatan masyarakat sekitar juga sangat diperlukan agar lingkungan anak menjadi kondusif untuk pembentukan perilaku positif.
Teknologi dan Inovasi dalam Modifikasi Perilaku
Seiring perkembangan teknologi, pendekatan modifikasi perilaku kini bisa diperkuat dengan media digital. Misalnya, pengembangan aplikasi mobile untuk membantu melatih perilaku anak dengan kebutuhan khusus terbukti efektif dalam memudahkan guru dan orang tua memonitor perkembangan anak (Maulana, 2023). Aplikasi ini memungkinkan pendokumentasian perilaku, penjadwalan intervensi, dan pelaporan perkembangan yang lebih efisien. Selain itu, penggunaan alat bantu visual seperti kartu perilaku, jadwal harian bergambar, atau aplikasi berbasis Augmented Reality dapat membantu anak memahami rutinitas dan ekspektasi perilaku dengan lebih jelas, terutama bagi anak yang mengalami hambatan komunikasi atau autisme.
Tantangan dalam Penerapan dan Solusi
Meskipun terbukti efektif, penerapan modifikasi perilaku di lapangan tidak lepas dari tantangan. Guru seringkali tidak mendapatkan pelatihan khusus dalam strategi ini. Selain itu, keterbatasan alat bantu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas inklusif, serta stigma
masyarakat terhadap ABK juga menjadi hambatan. Untuk mengatasinya, perlu ada pelatihan guru secara berkala, penyediaan sumber daya yang memadai, serta edukasi publik tentang pentingnya pendekatan ini dalam mendukung pendidikan inklusif (Satriyawan & Ichsan, 2020). Pemerintah juga perlu memberikan regulasi yang mendukung, termasuk dalam hal alokasi anggaran pendidikan untuk penyediaan fasilitas khusus bagi ABK.
III. Kesimpulan
Modifikasi perilaku bukan hanya sekadar teknik dalam pendidikan, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian terhadap kebutuhan unik setiap anak. Dengan strategi yang tepat dan keterlibatan semua pihak, ABK memiliki peluang besar untuk berkembang lebih optimal. Modifikasi perilaku telah terbukti mampu mengurangi perilaku menantang dan membentuk perilaku positif yang mendukung proses pembelajaran dan kehidupan sosial anak. Untuk itu, mari kita dorong lebih banyak pelatihan, dukungan kebijakan, dan kesadaran publik mengenai pentingnya pendekatan ini. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif, ramah, dan memanusiakan semua peserta didik tanpa kecuali.
Referensi
Fahlevi, R., & Basaria, D. (2022). Penerapan Teknik Modifikasi Perilaku untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri pada Anak dengan Down Syndrome. Jurnal Kesehatan Mental Indonesia, 1(1).
Faz, G. O. (2015). Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Pembentukan (Shaping) untuk Membentuk Perilaku Sosial Anak dengan Ketidakmampuan Intelektual Ringan. Jurnal Psikologi Tabularasa, 10(2).
Irvan, M., et al. (2021). Pemberdayaan Orang Tua Dalam Menerapkan Program CBT Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Special and Inclusive Education Journal (SPECIAL), 2(2).
Khair, A., et al. (2022). Implementasi Peningkatan Karakter Melalui Terapi Konseling Behavior untuk Memodifikasi Perilaku Negatif Peserta Didik Tunadaksa di Sekolah Inklusif. Jurnal DIDIKA, 8(2).
Maulana, R. (2023). Rancang Bangun Aplikasi Mobile Learning untuk Modifikasi Perilaku pada Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan, 11(1).
Miranti, D., & Pratikto, H. (2020). Modifikasi Perilaku dengan Cara Token Ekonomi untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Retardasi Mental. Jurnal Psikologi Klinis Indonesia, 5(2).
Satriyawan, A. N., & Ichsan, A. S. (2020). Modifikasi Perilaku Anak: Implementasi Teknik Pengelolaan Diri dan Keterampilan Sosial di Ngawi Jawa Timur. Al-Adzka, 10(1).
Sugihartatik. (2024). Pengaruh Penggunaan Modifikasi Perilaku Dalam Meminimalisir Perilaku Memukul Anak ADHD. SPEED Journal, 8(1).