PENGGUNAAN TEKNIK PENGUATAN POSITIF UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ADAPTIF ANAK
Hayyin Ainur : 2022015081
Email : hayyinainur@gmail.com
I.Pendahuluan
Perilaku adaptif merupakan bentuk kemampuan setiap individu untuk memenuhi standar kemandirian pribadi serta tanggung jawab sosial sesuai dengan usia dan kelompok budaya di sekitarnya. Kemampuan ini mencakup berbagai aspek, meliputi keterampilan komunikasi, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, sosialisasi, dan pemecahan masalah untuk mencari solusi. Menurut Rahayu (2010), perilaku adaptif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan norma lingkungan. Menurut Kelly (1978), Patton (1986), dan Reynolds (1987), perilaku adaptif adalah kematangan diri dan sosial dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perkembangan perilaku adaptif yang optimal sangat penting bagi anak-anak dalam tumbuh dan kembangnya di lingkungan mereka, baik dirumahnya, sekolahnya, maupun masyarakat di sekitarnya. Pada dasarnya efek pemberian hukuman tidak terbukti menimbulkan perubahan yang lebih baik pada perubahan perilaku siswa, hanya saja menghentikan perilaku yang tidak diinginkan untuk sementara waktu saja. Seharusnya sekolah berupaya untuk menemukan cara lain yang lebih baik untuk merubah perilaku siswa apabila hukuman sudah tidak terbukti merubah perilaku siswa tersebut mestinya tidak diulang terus untuk diterapkan. Marzano (2005), mengatakan bahwa kelas yang kondusif untuk proses pembelajaran adalah kelas yang dikelola dengan tepat.
Menurut AAMD (American Association on Mental Deficiency, 1983), perilaku adaptif adalah kemampuan memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Menurut AAIDD, perilaku adaptif adalah keterampilan yang dipelajari untuk memenuhi tuntutan kehidupan sehari-hari. Namun, pada nyatanya tidak semua anak dapat mengembangkan perilaku adaptif secara alami. Beberapa anak menghadapi tantangan atau hambatan yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk dapat beradaptasi, seperti keterbatasan intelektual, gangguan perkembangan, atau masalah emosional dan perilaku yang dimiliki.
Kemandirian merupakan keterampilan penting yang harus dikembangkan sejak usia dini karena berperan dalam membentuk kepribadian dan kemampuan anak dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Berdasarkan kasus seperti ini, tindakan yang tepat dan efektif sangat perlu dilakukan untuk membantu anak-anak tersebut memperoleh dan meningkatkan perilaku adaptif dalam diri mereka sendiri. Salah satu teknik tindakan yang telah lama dikenal dan banyak digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan adalag penguatan positif (positive reinforcement). Skinner mengatakan bahwa
2
penguatan positif merupakan suatu proses pemberian stimulus yang menyenangkan atau penghargaan setelah munculnya perilaku yang diharapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemungkinan terulangnya perilaku tersebut dilain kesempatan yang mungkin terjadi. Para ahli, seperti Martin dan Pear menekankan bahwa penguatan positif dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti pujian, hadiah, atau aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Penggunaan penguatan positif dianggap sebagai pendekatan yang humanis dan efektif dalam memodifikasi perilaku karena berfokus pada pemberian penghargaan daripada hukuman bagi anak. Penguatan positif, melalui penghargaan dan pengakuan, terbukti memotivasi siswa dengan mengakui usaha dan pencapaian individu (Aprilia & Nawawi, 2023). Guru dapat menggunakan pujian verbal, penghargaan kecil, atau bahkan isyarat penghargaan untuk membuat siswa merasa dihargai. Ketika siswa merasa bahwa usaha individu diakui, individu lebih cenderung mengulang perilaku yang berkontribusi pada lingkungan belajar yang positif (Munif dkk., 2021). Penguatan positif yang diberikan pada dasarnya merupakan salah satu teknik dalam konseling yakni konseling behavioral. Penguatan positif tersebut merupakan penguatan yang bertujuan untuk pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa efektivitas penguatan positif dalam meningkatkan perilaku adaptif pada anak, termasuk keterampilan merawat diri, keterampial sosial hingga perilaku akademik. Namun, efektivitas penguatan positif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi karakeristik anak, teman dan lingkungan, jenis penguatan yang digunakan, dan konsisten atau tidaknya penerapan teknik yang digunakan. Oleh karena itu, pendahuluan ini akan membahas secara lebih detail tentang penggunaan teknik penguatan positif untuk meningkatkan perilaku adaptif anak, termasuk prinsip-prinssip dasar penguatan positif, strategi penerapan yang efektif, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak.
II. Pembahasan
1. Keterbatasan Intelektual
Latihan terapi reinforcement positive yang diberikan untuk meningkatkan rawat diri anak dengan keterbatasan intelektual melalui beberapa tahapan, yaitu:
3
a. Pra-terapi: Tahap awal sebelum tindakan dimulai, yaitu kondisi awal anak diamati dan dinilai.
b. Terapi (6 sesi): Pada tahap ini, tindakan reinforcement positive diberikan dalam serangkaian sesi. Setiap sesi terstruktur untuk melatih perilaku rawat diri, seperti mandi, maka, berpakaian dengan memberikan instruksi dan kesempatan bagi anak untuk melakukannya.
c. Pengukuran hasil pasca-terapi: Dilakukan pengukuran untuk menilai perubahan perilaku anak sebagai hasil tindakan setelah sesi terapi. 2. Mengganggu Teman
Siswa belajar untuk memonitor diri mereka sendiri, mengatur waktu mereka, menetapkan tujuan, dan mengevaluasi diri melalui penguatan guru (Otero, 2015). Siswa dapat diajarkan untuk mempertahankan perilaku dan teknik yang sesuai yang dapat digunakan untuk masa depan tujuan pendidikan mereka secara keseluruhan (Otero, 2015). Pemberian penguatan positif yang konsisten dan disiplin akan efektif membuat perubahan perilaku pada siswa sebagaimana diharapkan. Idenya adalah bahwa guru tidak perlu terus-menerus membagikan hadiah untuk memotivasi, siswa pada akhirnya akan melihat hadiah bukan kekuatan pendorong upaya mereka dan melihat nilai serta prestasi mereka sebagai kekuatan paling penting dari upaya mereka sendiri.
Donald Baer yang mempelajari efek dari menghukum bagi anak-anak. Baer mengakui bahwa penarikan penguatan positif sebagai teknik menghukum adalah teknik yang efektif yang dapat digunakan di ruang kelas (Baer, 1961). Guru yang menghukum karena marah cenderung tidak membuahkan hasil apa pun dan siswa lebih mungkin untuk menghentikan hubungan mereka dengan guru (Dad, 2010). Hukuman dapat menghasilkan kemarahan, kebencian, dan agresi yang akan melanjutkan kehancuran hubungan dengan siswa. Hukuman dapat menjadi alat yang efektif untuk menghilangkan perilaku negatif dengan segera, tetapi hukuman telah terbukti menghasilkan hasil yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan memperkuat perilaku positif dengan pujian sebagai gantinya (Baer, 1961);(Ferster, 1961). Siswa yang dihukum lebih cenderung mengisolasi diri dari guru dan siswa lain yang berarti mereka lebih cenderung untuk mengisolasi diri dari bantuan. Ketika seorang siswa dihukum dengan taktik apa pun yang membuat mereka takut, mereka tidak dapat menjawab dengan tepat ketika perilaku positif dipuji. Taktik hukuman dan
4
menakut-nakuti memiliki tanggal kedaluwarsa; akhirnya kurangnya penguatan positif meningkatkan perilaku negatif (Abreu, 2008).
3. Kemandirian
Adanya keterlibatan aktif dalam berbagai aktivitas sehari-hari, anak anak tidak hanya mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif, tetapi juga belajar mandiri secara penuh dan yakin akan kemampuan yang dimiliki (Mousa et al., 2024). Reinforcement positif dapat membantu mempercepat proses internalisasi perilaku mandiri pada anak-anak, dengan mengubah motivasi eksternal menjadi motivasi intrinsik. (Rajaraman et al., 2022)
menyelidiki pengaruh lingkungan dan dukungan sosial dalam program intervensi chaining dan reinforcement bahwa dalam studi mereka, anak-anak yang mendapatkan dukungan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah menunjukkan peningkatan kemandirian yang signifikan dibandingkan anak
anak yang hanya menerima dukungan dari salah satu lingkungan saja. Anak anak yang diberikan reinforcement secara konsisten, baik berupa pujian, hadiah, atau pengakuan, menunjukkan peningkatan motivasi intrinsik dalam melaksanakan tugas secara mandiri. Peningkatan motivasi ini tidak hanya terlihat dalam jangka pendeknya, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan jangka panjangnya. Anak-anak yang mendapatkan reinforcement positif lebih sering melakukan perilaku mandiri tanpa harus diingatkan sebelumya.
III. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik penguatan positif efektif dalam meningkatkan perilaku adaptif anak untuk mendorong terulangnya perilaku positif yang diharapkan pada anak, membantu anak memperoleh dan meningkatkan perilaku adaptif dalam diri anak, membangun rasa percaya diri dalam diri anak, memodifikasi perilaku anak dengan fokus pada pemberian penghargaa dan apersepsi daripada hukuman untuk anak.
IV. Referensi
Efendy, Mamang & Nainggolan, Eben Ezer. Pendekatan Behavioral untuk Mengurangi Perilaku Mengganggu pada Siswa di Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Konseling, Volume 4 Nomor 6 Tahun 2022.
5
Herawati, Ina & Rocmah, Luluk Iffatur. Optimalisasi Teknik Chaining dan Reinforcement untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Usia Dini. Journal of Education Research, 5(4), 2024, Pages 4712-4721.
Rahmah, Hardiyanti. Reinforcement Positive untuk Meningkatkan Rawat Diri Anak dengan Keterbatasan Intelektual. Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 2, No. 2, Januari-Juni 2018.
Rendiyono, Pramudya Wahyu & Wicaksono, Awang Setiawan. (2024). Encouraging Students’ Passion for Learning: The Effectiveness of Positive Reinforcement Techniques for Elementary School Students / Mendorong Semangat Belajar Siswa: Efektivitas Teknik Reinforcement Positif untuk Siswa Sekolah Dasar. Psikoborneo Jurnal Ilmiah Psikologi, 12(4), 510-516.
6