-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Peran Guru dalam Menerapkan Modifikasi Perilaku bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusif

Selasa, 15 April 2025 | April 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-15T16:01:25Z

Peran Guru dalam Menerapkan Modifikasi Perilaku bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusif


Nama : Muhammad helmi

Nim : 2022015140




Pendahuluan : 

Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang mengakomodasi kebutuhan belajar semua peserta didik, termasuk siswa berkebutuhan khusus, dalam satu lingkungan pendidikan yang sama. Di Sekolah Dasar (SD) inklusif, guru dituntut untuk mampu mengelola keberagaman karakteristik siswa, baik dari segi kemampuan akademik, sosial, maupun perilaku. Salah satu tantangan yang sering dihadapi dalam kelas inklusif adalah menangani perilaku siswa berkebutuhan khusus yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di lingkungan sekolah. Perilaku tersebut dapat menghambat proses pembelajaran, baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi siswa lainnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu menerapkan strategi yang efektif dalam mendukung perkembangan perilaku siswa. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah modifikasi perilaku—serangkaian teknik yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku positif dan mengurangi perilaku yang mengganggu. Modifikasi perilaku dapat berupa pemberian penguatan positif, hukuman yang terkontrol, token economy, maupun self-monitoring, yang penerapannya perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing siswa.

Guru memiliki peran sentral dalam menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku di kelas inklusif. Selain sebagai fasilitator pembelajaran, guru juga berperan sebagai pengelola perilaku siswa. Keberhasilan modifikasi perilaku tidak hanya bergantung pada metode yang digunakan, tetapi juga pada pemahaman guru terhadap karakteristik siswa, keterampilan interpersonal, dan kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan responsif. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji sejauh mana peran guru dalam menerapkan modifikasi perilaku secara efektif di SD inklusif.

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan peran guru dalam proses penerapan modifikasi perilaku bagi siswa berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah dasar inklusif, serta mengidentifikasi tantangan dan strategi yang digunakan untuk mendukung terciptanya iklim pembelajaran yang inklusif dan kondusif.

Pembahasan :

Guru memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan perilaku siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusif. Dalam praktiknya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pengelola perilaku yang bertugas mengarahkan, membimbing, dan memodifikasi perilaku siswa agar sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekolah.

Penerapan modifikasi perilaku oleh guru biasanya dilakukan melalui berbagai teknik, seperti pemberian penguatan positif (reward), konsekuensi logis, token economy, hingga metode time-out. Teknik-teknik ini bertujuan untuk memperkuat perilaku yang diharapkan dan mengurangi perilaku yang mengganggu proses pembelajaran. Misalnya, ketika siswa menunjukkan perilaku positif seperti menyelesaikan tugas tepat waktu atau bekerja sama dengan teman, guru memberikan pujian atau penghargaan untuk mendorong pengulangan perilaku tersebut.

Namun, efektivitas modifikasi perilaku sangat bergantung pada pemahaman guru terhadap karakteristik masing-masing siswa. Setiap siswa berkebutuhan khusus memiliki latar belakang, kondisi psikologis, dan respons yang berbeda terhadap intervensi perilaku. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu melakukan pendekatan yang individual dan fleksibel. Selain itu, kolaborasi dengan orang tua, tenaga ahli seperti psikolog atau guru pendamping khusus (GPK), juga menjadi kunci dalam merancang strategi yang sesuai dan berkelanjutan.

Dalam konteks sekolah dasar inklusif, peran guru sangat menentukan terciptanya suasana kelas yang kondusif, di mana seluruh siswa—baik yang reguler maupun yang berkebutuhan khusus—dapat belajar bersama dengan nyaman dan setara. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan modifikasi perilaku sangat penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan inklusif.


  1. Guru sebagai Perancang Intervensi Perilaku

Dalam lingkungan sekolah dasar inklusif, guru berperan penting dalam merancang intervensi perilaku bagi siswa berkebutuhan khusus (ABK). Intervensi perilaku yang dirancang dengan baik memungkinkan guru membantu siswa mengembangkan perilaku yang adaptif, meningkatkan keterlibatan dalam pembelajaran, dan mengurangi perilaku yang mengganggu.  Menurut Tjasmini dan Chandra (2016), guru pembimbing khusus (GPK) memiliki peran penting dalam menyusun program pembinaan perilaku adaptif bagi anak tunagrahita ringan. Guru perlu merancang intervensi berdasarkan karakteristik siswa, jenis gangguan, serta kemampuan individualnya Perencanaan meliputi identifikasi perilaku bermasalah, penentuan tujuan perilaku yang diharapkan, hingga pemilihan strategi yang tepat seperti token economy atau penguatan positif.

Pamungkas et al. (2020) mengemukakan bahwa guru perlu mengembangkan rencana pembelajaran individual (Individualized Education Program/IEP) yang mencakup aspek modifikasi perilaku. Guru bertindak sebagai perancang sekaligus pelaksana program yang menggabungkan strategi akademik dan perilaku. 

Dalam kajian oleh Halidah dan Rosyidi (2020), dinyatakan bahwa perancangan intervensi perilaku yang baik mencakup pemahaman guru terhadap kebutuhan siswa, lingkungan belajar, dan teknik modifikasi perilaku berbasis data. Guru perlu membuat dokumentasi proses intervensi sebagai bahan evaluasi.

Riyanto dan Widodo (2019) juga menjelaskan bahwa guru sebagai perancang harus mampu membuat keputusan berbasis asesmen perilaku yang sistematis. Hasil asesmen digunakan untuk menentukan bentuk intervensi perilaku seperti shaping, reinforcement, dan extinction.

  1. Guru sebagai Pelaksana Strategi Modifikasi Perilaku

Di dalam kelas inklusif, guru memegang tanggung jawab langsung dalam menjalankan strategi modifikasi perilaku yang telah dirancang untuk siswa berkebutuhan khusus. Pelaksanaan strategi ini dilakukan secara konsisten dan terstruktur guna membantu siswa menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sekolah dan mendukung proses belajar mereka. Beberapa strategi yang sering digunakan meliputi pemberian penguatan positif seperti pujian, hadiah, atau sistem poin yang dapat ditukar dengan sesuatu yang disukai siswa. Guru juga dapat menggunakan metode time-out secara hati-hati sebagai bentuk konsekuensi logis terhadap perilaku yang tidak diinginkan. Selain itu, penggunaan alat bantu visual seperti kartu emosi, grafik pencapaian, atau checklist perilaku harian sangat membantu dalam memantau perkembangan siswa. Proses pelaksanaan strategi memerlukan kemampuan guru dalam mengamati perilaku siswa secara langsung, mengenali pemicu munculnya perilaku bermasalah, serta memberikan respon yang cepat dan sesuai. Dalam praktiknya, guru juga harus fleksibel menyesuaikan teknik yang digunakan berdasarkan kondisi dan respons siswa. Kunci keberhasilan pelaksanaan terletak pada konsistensi, kesabaran, serta kolaborasi antara guru kelas, guru pendamping khusus, dan orang tua siswa. Intervensi perilaku yang dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh berkontribusi besar dalam membentuk kebiasaan positif pada siswa berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah dasar inklusif. 

Kesimpulan :

Guru memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan perilaku siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusif. Tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, guru juga bertindak sebagai perancang dan pelaksana intervensi perilaku yang bertujuan untuk membentuk perilaku adaptif siswa serta mengurangi perilaku yang mengganggu pembelajaran. Penerapan strategi modifikasi perilaku, seperti penguatan positif, token economy, konsekuensi logis, dan time-out, harus disesuaikan dengan karakteristik individual siswa.

Efektivitas intervensi sangat ditentukan oleh pemahaman guru terhadap kondisi psikologis dan kebutuhan khusus setiap siswa, serta kemampuan untuk melakukan pendekatan secara fleksibel dan individual. Kolaborasi antara guru, orang tua, guru pendamping khusus, dan tenaga ahli lainnya menjadi faktor penting dalam keberhasilan strategi yang diterapkan. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru dalam merancang dan melaksanakan intervensi perilaku menjadi hal yang krusial guna menciptakan suasana belajar yang inklusif, kondusif, dan setara bagi semua siswa di sekolah dasar

Referensi :

Sumber: Tjasmini, M., & Chandra, M. Z. (2016). Peran Guru Pembimbing Khusus dalam Pembinaan Perilaku Adaptif Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Inklusi. JASSI Anakku, 16(2). https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/view/4001

Sumber: Fitriani, A. (2022). Peran Guru dalam Pendidikan Inklusif untuk Siswa Berkebutuhan Khusus. Universitas Negeri Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/74041/

Sumber: Pamungkas, A. D., Waluyo, H. J., & Sutjihati, R. (2020). Pemenuhan Kebutuhan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusif. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 6(2). https://journal2.um.ac.id/index.php/jo/article/view/30574

Sumber: Halidah, F., & Rosyidi, Z. (2020). Peran Guru Pendamping terhadap Pendidikan Inklusif pada Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 8(2). https://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jipd/article/view/2401

Sumber: Riyanto, Y., & Widodo, S. T. (2019). Penerapan Strategi Modifikasi Perilaku dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan Khusus, 12(1). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpk/article/view/30091


×
Berita Terbaru Update