-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Peran Guru Dalam Mengelola Perilaku Anak Dengan Hambatan Emosi dan Perilaku Dikelas Inklusif

Selasa, 15 April 2025 | April 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-16T05:03:16Z

Peran Guru Dalam Mengelola Perilaku Anak Dengan Hambatan Emosi  dan Perilaku Dikelas Inklusif 

GM. Purnama Siagian / 2021015170 

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa  

gmpurnamasiagian@gmail.com 



I. Pendahuluan 

Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang menekankan pada pemberian layanan  pendidikan yang setara bagi seluruh peserta didik, termasuk anak-anak dengan hambatan  emosi dan perilaku. Di tengah keberagaman karakteristik siswa, guru di kelas inklusif  memiliki peran krusial sebagai fasilitator utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang  adaptif dan suportif (Astuti & Wibowo, 2021). Anak dengan hambatan emosi dan perilaku  seringkali menunjukkan kesulitan dalam mengelola emosi, interaksi sosial, serta  penyesuaian terhadap aturan kelas, yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat  mengganggu proses belajar baik bagi dirinya sendiri maupun siswa lain (Ramadhani &  Masykur, 2022). 

Peran guru dalam konteks ini tidak terbatas pada pengajaran semata, tetapi juga melibatkan  pengelolaan perilaku, regulasi emosi, serta kolaborasi dengan pihak lain seperti guru  pendamping khusus dan orang tua. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam  mengenali karakteristik siswa, menerapkan pendekatan penguatan positif, serta menciptakan  rutinitas yang dapat membantu anak beradaptasi dengan situasi kelas (Nurjanah & Suharti,  2020). Pengelolaan yang efektif juga bergantung pada kesiapan guru dalam menyesuaikan  strategi pembelajaran serta menggunakan asesmen informal untuk memantau perkembangan  perilaku siswa (Hasanah, 2022). 

Dalam praktiknya, kerjasama antara guru kelas dan guru pendamping khusus menjadi faktor  penentu keberhasilan implementasi pendidikan inklusif, terutama dalam menangani kasus  anak dengan gangguan emosi dan perilaku (Mulyani & Priyono, 2021). Melalui pemahaman  yang mendalam, pendekatan yang humanis, serta komitmen kolaboratif, guru dapat  membangun suasana pembelajaran yang kondusif dan menghargai perbedaan.

II. Pembahasan  

A. Identifikasi Hambatan Emosi dan Perilaku 

Langkah awal dalam mengelola perilaku siswa dengan hambatan emosi dan perilaku  adalah melakukan identifikasi secara tepat. Menurut Astuti dan Wibowo (2021), guru  harus mampu mengenali karakteristik siswa melalui observasi, asesmen informal, dan  kerja sama dengan guru pendamping khusus. Identifikasi yang akurat menjadi dasar  penting untuk menentukan pendekatan atau intervensi yang sesuai dengan kebutuhan  siswa. 

Selain itu, pemahaman guru terhadap latar belakang keluarga, pengalaman traumatis,  dan pola interaksi sosial siswa juga diperlukan untuk membangun pendekatan yang  empatik dan personal. Dalam jurnal Ramadhani dan Masykur (2022), disebutkan bahwa  guru yang melakukan asesmen awal secara sistematis cenderung lebih berhasil dalam  mengatur strategi kelas inklusif yang adaptif. 

B. Strategi Pengelolaan Perilaku 

Pengelolaan perilaku memerlukan penerapan strategi yang sistematis, konsisten, dan  disesuaikan dengan karakteristik masing-masing siswa. Strategi yang banyak digunakan  antara lain penguatan positif (reinforcement), penggunaan kontrak perilaku, teknik  timeout, hingga pendekatan behavior modification. Ramadhani dan Masykur (2022)  menekankan pentingnya penguatan positif dalam membentuk perilaku prososial anak  dengan hambatan emosi dan perilaku. 

Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan variatif, pengaturan tempat duduk  yang fleksibel, serta pemberian instruksi yang jelas juga merupakan strategi yang  dianjurkan. Hasanah (2022) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis visual sangat membantu siswa dengan gangguan perilaku untuk lebih fokus dan memahami materi  dengan lebih baik. Guru juga perlu menyediakan waktu belajar tambahan serta  memodifikasi tugas agar sesuai dengan kemampuan siswa. 

C. Regulasi Emosi Guru 

Kemampuan guru dalam mengelola emosi pribadi sangat menentukan keberhasilan  intervensi di kelas inklusif. Guru yang mampu mengontrol emosi negatif seperti marah,  frustrasi, atau kecewa dapat menciptakan lingkungan kelas yang lebih suportif dan 

kondusif. Nurjanah dan Suharti (2020) menekankan bahwa regulasi emosi guru adalah  kunci dalam menangani perilaku menantang secara bijak dan profesional. Guru yang empatik dan sabar juga lebih mudah menjalin hubungan yang positif dengan  siswa, sehingga membangun rasa aman dan kepercayaan dalam kelas. Sikap terbuka dan  reflektif terhadap tantangan yang dihadapi juga memungkinkan guru untuk terus belajar  dan beradaptasi dengan kebutuhan siswa. 

Guru juga mencatat bahwa perilaku ini sering terjadi secara berulang tanpa adanya  kesadaran yang jelas mengenai dampaknya. Hal ini tidak hanya menyebabkan  ketidaknyamanan bagi teman-teman mereka, tetapi juga berisiko menimbulkan citra  negatif terhadap peserta didik yang bersangkutan. 

D. Kolaborasi dengan Guru Pendamping Khusus dan Orang Tua 

Pendidikan inklusif tidak dapat berhasil tanpa adanya kolaborasi yang erat antara guru  kelas, guru pendamping khusus (GPK), dan orang tua siswa. Mulyani dan Priyono  (2021) menekankan bahwa peran GPK dalam memberikan dukungan kepada guru kelas  sangat krusial, terutama dalam merancang dan melaksanakan intervensi perilaku. 

Komunikasi antara guru dan orang tua juga perlu dibangun secara rutin agar intervensi  yang dilakukan di sekolah dapat diperkuat di rumah. Diskusi berkala mengenai  perkembangan siswa, kendala yang dihadapi, serta strategi bersama akan menciptakan  pendekatan yang konsisten dan menyeluruh. 

E. Pembelajaran Individual dan Adaptif 

Dalam mengelola perilaku anak berkebutuhan khusus, pembelajaran perlu disesuaikan  dengan kebutuhan individu. Hal ini mencakup penyesuaian materi, metode, waktu, dan  media pembelajaran. Hasanah (2022) menyebutkan bahwa modifikasi kurikulum dan  strategi pembelajaran yang fleksibel terbukti efektif meningkatkan partisipasi dan  keterlibatan siswa dengan hambatan perilaku. 

Guru juga dituntut untuk kreatif dalam menciptakan aktivitas pembelajaran yang dapat  merangsang keterlibatan aktif siswa, menghindari kebosanan, dan menurunkan  kemungkinan perilaku negatif. Selain itu, dokumentasi perkembangan siswa juga  diperlukan untuk memantau efektivitas strategi yang diterapkan.

III. Kesimpulan 

Berdasarkan kajian dari lima jurnal, dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam mengelola  perilaku anak dengan hambatan emosi dan perilaku di kelas inklusif sangatlah penting dan  kompleks. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga  menjadi fasilitator, pengelola perilaku, serta pendukung perkembangan sosial-emosional  siswa. 

Keberhasilan pengelolaan perilaku anak dengan hambatan emosi dan perilaku ditentukan  oleh beberapa faktor, antara lain: kemampuan guru dalam melakukan identifikasi awal,  penerapan strategi penguatan positif, kemampuan regulasi emosi guru, kolaborasi dengan  GPK dan orang tua, serta pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Seluruh  komponen ini harus berjalan secara terintegrasi dan konsisten agar tercipta suasana kelas  inklusif yang kondusif dan mendukung semua peserta didik untuk berkembang secara  optimal. 

Ke depan, peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan, pendampingan, serta penyediaan  sumber daya yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan  inklusif secara efektif dan berkelanjutan. 

IV. Daftar Pustaka 

A. A. (2024). Peranan Guru Dalam Penanganan Perilaku Anak ADHD-ADD Dalam Proses  Pembelajaran. 3 Nomor 2 April (2024), 115-123. 

D. K. (2021). Strategi Penanganan Hambatan Perilaku Dan Emosi Pada Anak. 34-32. M. F. (2020). Peran Guru Dalam Mengelola Kelas Inklusif Anak Berkebutuhan Khusus di  SDK STA. Maria Assumpta Kota Kupang. 87-96. 

Nurussama, A. (2019). Peran Guru Kelas Dalam Menangani Perilaku Bullying Pada Siswa.  115-123. 

S. J. (2025). Identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) Hambatan Emosional  (Tunalaras) di Sekolah Dasar . 146.


×
Berita Terbaru Update