Peran Guru dalam Mengelola Perilaku Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku di kelas inklusif
Sira Junita / 2022015131
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
sirajunita@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelaianan yang menyimpang dari sebagian besar anak normal berdasarkan ciri fisik, mental, emosional, prilaku, kemampuan dalam komunikasi, keterlambatan dalam bidang akademik, dan peranannya dalan bidang social.
Anak dengan berkebutuhan khusus atau yang sering disebut sebagai abk pada dasarnya sama dengan anak normal pada umumnya. Akan tetapi dalam konteks tersebut tetap membutuhkan sebuah penanganan khusus yang dimana hal tersebut berkaitan dengan kecacatan pada dirinya. Istilah anak dengan berkebutuhan khusus memiliki sebuah lingkup yang sangat luas apabila hal tersebut dijabarkan secara luas. Dalam sebuah sudut pandang seseorang pendidikan pada seorang anak dengan berkebutuhan khusus biasanya sangat beragam dan seringkali seseorang tidak dapat menghargainya. Setiap anak tentunya memiiki sebuah latar kehidupan budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu setiap anak kemungkinan memiliki sebuah hambatan khusus dalam melangsungkan sebuah pembelajaran yang berhubungan dengan perkembangan seseorang.
Pada pendidikan luar biasa tersebut yang dikhususkan pada seorang anak dengan kebutuhan khusus tentunya akan menjadikan dirinya lebih banyak mengenal bermacam-macam kebutuhakan. Salah satu hal yang dapat ia pelajari ialah sebuah kepribadian yang terampil baik secara akademik maupun non akademik. Pada sekolah terpadu atau integrasi biasanya terdapat sebuah sistem yang bisa memberikan sebuah ruang dan kesempatan pada anak yang berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama-sama dengan anak normal lainnya dalam satu atap sekolah maupun kurikulum pendidikan yang sama. Seorang guru sebagai tenaga pengajar sudah sepantasnya untuk terus mendampinginya selama pembelajaran berlangsung (Kelas et al., 2023).
Peran guru sangat penting dalam ruang pendidikan terutama dalam mendidik dan membimbing seorang anak yang berkebutuhan khusus. a. Pada umumnya seorang guru harus mempunyai sebuah pengalaman dan pengetahuan khsus dibidangnya sehingga segala kewajibannya dalam mendidik serta memberikan sebuah pengetahuan dapat terserap dengan mudah oleh seorang anak yang berkebutuhan
khsus tersebut. Dalam mengajar tentunya sangat membutuhkan seorang tenaga pengajar yang sabar sehingga nantinya anak yang memiliki kebutuhan khusus tersebut dapat diperhatikan dan diperlakukan seperti anak pada umumnya. Pada sisi lain seorang tenaga pengajar berkebutuhan khusus tersebut harus memiliki sifat yang kreatif, profesional, telaten dan menyenangkan dalam memberikan sebuah pembelajaran (Jariono et al., 2021).
Pendidikan inklusi seringkali dianggap sebagai bahan pemberdayaan individu yang mempunyai keragaman dan hal khusus. Pelaksanaan pendidikan di sekolah dengan kebutuhan khusus tidak jauh berbeda dengan yang ada di sekolah lainnya, hal yang membedakan hanya pengiriman dan trik untuk menyampaikannya agar seorang siswa
yang berkebutuhan khusus tersebut dapat memahami apa yang di sampaikannya. Pada hakikatnya sekolah inklusif harus memberikan bimbingan layanan belajar kepada siswa secara optimal dan harus menyediakan tenaga profesional yang mampu melayani siswa berkebutuhan khusus yang intens, dan di sekolah alam tenaga ahli untuk memberikan layanan bimbingan belajar masih menjadi permasalahan hingga kini. Kendati demikian, guru pendamping khusus dan guru kelas di sekolah alam selalu bersinergi untuk memberikan yang terbaik termasuk berkolaborasi dalam memberikan layanan belajar bagi siswa berkebutuhan khusus.
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Gangguan Emosi dan Perilaku
Gangguan emosi dan perilaku dibagi menjadi dua jenis, yaitu externalizing behavior (Gangguan dari luar) dan internalizing behavior (Gangguan dari dalam). Externalizing behavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior mempengaruhi anak dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan, depresi, penyendiri, mengalami gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua jenis tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam proses belajar di sekolah (Hallahan & Kauffman,1988; Eggen & Kauchak,1997).Secara individu, individu tunalaras biasanya menunjukkan perilakunya yang tidak cocok dengan standar serta peraturan yang berlaku untuk mereka (Yulianingsih & Nabila, 2022). Tunalaras bisa disebabkan oleh faktor internal serta faktor eksternal (pengaruh terhadap lingkungan sekitar) (Nurhuda, 2021). Menurut Somantri, anak tunalaras adalah seorang anak yang mengalami penyakit emosional, kecacatan atau perilaku karena kerusakan. Keterbelakangan mental atau gangguan emosional digambarkan dalam hal kesulitan koordinasi dan perilaku yang tidak mengikuti norma-norma yang ditetapkan di lingkungan dan masyarakat dari kelompok usia, sehingga menyakiti diri sendiri dan orang lain. Menurut Rusli Ibrahim, 2005: 48), anak tunagrahita dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
a. Sosially Maladjusted Children
ku yang tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya setempat, baik di rumahnya, di sekolahnya, maupun di masyarakat luas. Kelompok ini bisa dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keparahan masalah perilaku, yaitu anak semisosial, anak tersosialisasikan, dan anak-anak yang tidak
bersosialisasi atau sekelompok.
b. Emotionally Disturbed Children
Kelompok anak-anak yang perkembangan emosinya terganggu. Kelompok ini menunjukkan ketegangan psikologis, kecemasan, neurosis atau
perilaku psikologis. Tergantung pada tingkat keparahan gangguan
perilaku. Kelompok ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Psikosis psikosis, Gangguan jiwa, dan sekelompok anak yang mengalami gangguan emosi akibat gangguan psikosomatis.
2. Peranan Guru Kelas
Guru merupakan seorang vasilitator yang berperan sebagai pengarahan atau memberikan suatu pengetahuan, yang dimana memiliki kualifikasi dalam akademik. Guru memegang instansi penting kepada pendidik unutk menuntun dan memotivasi, memberikan sebuh spirit, memberikan suasana yang menyenangkan serta menggembirakan bagi peserta didik. Guru juga seperti fasilitator bagi anak didik untuk membentuk adab yang sesuai dengan kaidahnya dalam bidang akademik maupun non akademik.
Peran seorang guru dalam cara pembelajaran anak di sekolah dasar mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak biasa maupun anak berkebutuhan khusus. Guru harus memahami keadaan dan keterbatasan anak yang memiliki bakat unik dibandingkan dengan anak normal. Mengajar anak normal tentu akan berbeda dengan mengajar anak berkebutuhan khusus, upaya tambahan diperlukan untuk melawan perilaku mereka yang beragam guru harus mempersiapkan rencana tentu rencana secara cermat dengan tetap mengutamakan aspek kebutuhan anak untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif. gat membantu guru dalam memenuhi tugas profesionalnya (Abdullah Ali, 2022).
Peran guru kelas adalah melakukan pengajaran di kelas namun jika ada anak berkebutuhan khusus, guru pendamping akan membantu kelas belajar secara efektif. Yang mana guru kelas menjelaskan kondisi teman-temannya yang membutuhkan guru untuk mendampingi mereka dalam proses belajar. Selain itu, guru kelas wajib berkomunikasi dengan orang tua siswa regular hal ini bertujuan untuk memudahkan komunikasi antara gru dengan orangtua peserta didik, guru kelas memegang peranan penting dalam memenuhi pembelajaran bagi seluruh siswa, baik siswa umum maupun siswa berkebutuhan khusus.
Peran guru juga dapat mengacu pada tanggung jawabnya yang tercermin dalam definisi di atas, misalnya bimbingan, penilaian, pengajaran, pendidikan. Guru kelas sebagai seorang pendukung dan juga memberikan suatu bimbingan dan konseling atau seorang konsultan yang dimana bekerjasama dengan kepala sekolah dan orang tua untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa apabila permasalahan yang dihadapi bersifat serius dan memerlukan kerjasama pihak lain (Amala & Kaltsum, 2021
III. KESIMPULAN
Peran guru sangatlah penting dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, terutama dalam mengelola perilaku anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mengalami hambatan emosional dan perilaku. Guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang tepat, seperti kesabaran, kreativitas, dan profesionalisme, guna menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung. Pelaksanaan pendidikan bagi ABK harus dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan kolaboratif, melibatkan guru kelas, guru pendamping, serta komunikasi yang efektif dengan orang tua. karena itu, setiap siswa, baik yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak, dapat belajar secara optimal dalam satu kurikulum yang sama. IV. REFERENSI
Elisabeth, A. (2020). Pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavioral disorders).
Travelancya, T., & Ula, I. S. A. (2022). Pendidikan Inklusi untuk Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku (Tunalaras). Absorbent Mind, 2(1), 23-28.
Dewi, W. K. M., & Arnawa, I. P. G. B. (2023). Peranan Guru Kelas Dalam Pembelajaran Inklusif Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Metta: Jurnal Ilmu Multidisiplin, 3(4), 581-594.
Lailiyah, N. (2020). PERANAN GURU KELAS DAN GURU PENDAMPING KHUSUS DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN BELAJAR PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF (Studi Kasus di MI Sekolah Alam Indramayu). Counselia; Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 1(1), 42-51.
Ragil, T. (2022). Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Layanan Bimbingan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif (Doctoral dissertation, Uin Raden Intan Lampung).