-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Perancangan Program Individual (PPI) Berbasis Modifikasi Perilaku

Rabu, 16 April 2025 | April 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T03:12:56Z

 Perancangan Program Individual (PPI) Berbasis Modifikasi Perilaku



Resa Dani Rohmi Aton

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sarjanwiyata Tamansiswa Yogyakarta

Email: resadani521@gmail.com





Abstrak

Pendidikan inklusi merupakan kebijakan yang mendukung siswa dengan kebutuhan khusus agar memperoleh kesempatan untuk belajar di lingkungan yang sama dengan siswa pada umumnya tanpa  didiskriminasikan.  Salah  satu  keterampilan  yang  harus  dikuasai  oleh  guru  dalam pelaksanaan pendidikan inklusi yakni penyusunan program pendidikan individual (PPI) untuk memberikan  pengajaran  yang  sesuai  dengan  kebutuhan,  kesiapan,  potensi,  dan  karakteristik siswa. Namun berdasarkan hasil observasi dan studi literatur, proses ini nyatanya belum banyak dipahami  oleh  guru  dalam  praktek  keseharian  mengajar  di  sekolah.  Sehingga  penelitian  ini bertujuan  untuk  melihat  dan  menganalisis  keterampilan  guru  dalam  penyusunan  PPI  serta mengembangkan  teknologi asistif perancangan PPI di sekolah inklusi. 

Kata Kunci: Teknologi asistif, PPI Pendidikan Inklusif











PENDAHULUAN


Pendidikan  merupakan  sektor  utama  dalam  membangun  peradaban  manusia  dan melahirkan  generasi-generasi  yang  unggul,  berkarakter,  serta  sejalan  dengan  amanat  tujuan nasional pendidikan (Herlambang et al., 2021). Pendidikan sejatinya merupakan hak bagi seluruh warga negara, termasuk bagi anak penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus. Hal ini sebagaimana  termaktub  dalam  UU  No.  20  Tahun  2003 (Undang  Undang  Sistem  Pendidikan Nasional, 2003)yang mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Untuk itu pendidikan inklusif hadir sebagai solusi agar siswa dengan kebutuhan khusus mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di lingkungan yang sama dengan siswapada  umumnya  tanpa  di  diskriminasikan.

Anak  berkebutuhan  khusus  adalah  anak  yang  dalam  proses  pertumbuhan maupun perkembangannya  mengalami  kelainan  atau  penyimpangan  fisik, mental intelektual,  sosial dan  emosi  dibandingkan  dengan  anak- anak  lain  seusianya sehingga  memerlukan  layanan pendidikan khusus (Departemen Pendidikan Nasional, 2009). Jika anak berkebutuhan khusus dimasukkan  ke sekolah  regular dengan Kurikulum  Standar  Nasional  tanpa  adanya  layanan pendidikan khusus, maka nantinya di kemudian hari anak-anak ini akan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Hal ini memunculkan potensi anak untuk tidak naik kelas atau  putus sekolah  sehingga  anak  tidak  lagi  memperoleh  kesempatan  dalam  pendidikan. Kegiatan pembelajaran sebagai bagian dari pelayanan pendidikan inklusif perlu pengaturan, perencanaan, dan pelaksanaan yang baik. 

Gangguan perilaku adalah gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan lemahnya kontrol diri dan hal itu merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak (Muhammad Dwi, 2010:7).

Modifikasi perilaku merupakan penerapan teori belajar operant conditioning untuk mengubah perilaku. Operan conditioning ditemukan oleh B.F Skinner mengacu pada hubungan antara lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang spesifik. 

Artikel ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi asistif berupa  sistem  otomatisasi  yang  akan  membantu  guru  dalam  menyusun  rencana  pembelajaran individual  dan  mempersonalisasi  pengajaran  bagi  siswa  dengan  kebutuhan  khusus  di  sekolah inklusi. PPI  sebagai  salah  satu  solusi  untuk  mengatasi  ketidakjelasan  bentuk  pelayanan ABK   di   kelas   reguler   merupakan   sebuah   dokumen   yang   harus   disusun   dan diimplementasikan  secara  bertahap.  Dalam  implementasinya,  guru  harus  memiliki kesiapan     dan     keterampilan     dalam     mengajar     siswa     berkebutuhan     khusus, memerhatikan  pemenuhan  sarana  prasarana  penunjang  termasuk  ruang  sumber sebagai  ruang  khusus,  dan  memeroleh  dukungan  yang  positif  dari  seluruh  warga sekolah. 


PEMBAHASAN

Permasalahan Perilaku Siswa

Jenis perilaku bermasalah siswa menurut dampak digolongkan menjadi dua, yakni siswa bermasalah perilaku eksternal dan internal. Perilaku bermasalah eksternal merupakan perilaku yang dampak negatifnya dirasakan oleh orang lain. Perilaku tersebut berupa perilaku agresif fisik, agresif verbal, dan perilaku suka mengganggu teman. Adapun perilaku bermasalah internal merupakan perilaku bermasalah yang dampaknya hanya dirasakan secara langsung oleh pelaku. Perilaku bermasalah internal yang muncul meliputi perilaku menghindar karena takut. 

Kebutuhan Guru mengenai Penanganan Perilaku Bermasalah Siswa

Guru menyatakan tingkat pengaturan perilaku bermasalah pada siswa relatif sulit. Selama ini sekolah mengupayakan pengelolaan perilaku yang dilaksanakan oleh guru baik secara individual maupun bekerjasama dengan guru lain atau di bawah koordinasi kepala sekolah. FGD bersama guru menunjukkan fakta bahwa selama ini semua guru di sekolah yang memiliki siswa dengan perilaku bermasalah sudah mempraktikkan pengelolaan perilaku untuk mencegah dan menangani. Sifat pengelolaan perilaku yang dilaksanakan oleh guru atau sekolah untuk merespon perilaku bermasalah siswa selama ini adalah sebagai berikut.

  1. Dilaksanakan tanpa didasari asesmen perilaku yang prosedural dan mendalam. Asesmen perilaku penting agar diketahui jenis perilaku bermasalah, motivasi berperilaku, serta pola-pola perilaku lain seperti pemicu dan akibat yang muncul mengiringi perilaku. Asesmen yang tidak prosedural menyebabkan pemahaman guru mengenai perilaku bermasalah siswa tidak sistematis. Artinya, meskipun guru telah mengetahui jenis dan karakteristik perilaku bermasalah siswa secara lengkap karena lamanya interaksi guru dengan siswa tersebut, namun data yang dimiliki guru kurang tersistem. Data yang tidak tersistem sulit untuk menjadi pijakan untuk merumuskan pengelolaan perilaku yang sesuai.

  2. Menggunakan metode tradisional, yakni menerapkan penguat hadiah dan hukuman dengan tanpa kesepakatan dengan siswa di awal, insidental, dan kurang konsisten.

  3. Koordinasi antar guru maupun kepala sekolah dengan guru-guru untuk mengelola perilaku bermasalah sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan pernyataan semua guru bahwa semua guru di sekolah akan membantu ‘mengawasi’ dan memberi tindakan pada siswa yang sudah diketahui bersama sering bermasalah perilaku.


Kebutuhan guru dan sekolah akan program pengelolaan perilaku bermasalah dapat disimpulakan berdasarkan hasil asesmen perilaku yang menemukan pola-pola perilaku bermasalah siswa, fakta-fakta yang disampaikan guru mengenai pengelolaan perilaku bermasalah, serta pendapat kepala sekolah dan guru saat FGD. Kebutuhan tersebut seperti berikut.

  1. Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki guru mengenai bagaimana melaksanakan asesmen perilaku bermasalah yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Pengetahuan dan keterampilan untuk merancang Program Pembelajaran Individual (PPI) yang sesuai dengan karakteristik individual siswa yang memasukkan unsur pengelolaan perilaku bermasalah dalam skenario pembelajaran.

  3. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik-teknik modifikasi perilaku yang integratif dengan pembelajaran. Teknik modifikasi perilaku tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari.

Model Modifikasi Perilaku Terintegrasi Pembelajaran untuk Anak dengan Masalah Perilaku di SLB E

Temuan penelitian mengenai pola-pola perilaku bermasalah pada siswa menunjukkan bahwa pada umumnya perilaku bermasalah dilakukan siswa dengan motivasi perilaku escape atau menghindari aktivitas dan tugas pembelajaran. Motivasi yang sering muncul setelah escape adalah tangibel. Beberapa perilaku bermasalah dilakukan siswa untuk mendapatkan benda atau kegiatan yang diinginkan. Misalnya anak memukul teman yang tidak mau memberikan benda yang disukai, atau anak tidak mau mengerjakan tugas karena ingin keluar kelas.



KESIMPULAN

Program Pembelajaran Individual (PPI) dengan menggunakan metode chaining baik yang forward maupun backward, dan total task presentation efektif untuk diterapkan pada anak dengan disabilitas intelektual sedang dalam hal belajar mengancingkan baju. Pemilihan metode disesuaikan dengan kondisi anak dalam hal ini adalah tingkat awal kemampuan mengancingkan baju. Pemberian reinforcement efektif adalah pemberian pujian dan token economy berupa pemberian susu. Hal ini meningkatkan semangat dan daya juang siswa untuk terus mencoba belajar mangancingkan baju dengan memberikan pujian serta tepuk tangan, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri pada anak.

Kebutuhan guru dalam penanganan permasalahan perilaku di SLB E Bina Putera berupa pengetahuan dan keterampilan asesmen perilaku dalam pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan merancang Program Pembelajaran Individual (PPI) yang sesuai dengan karakteristik individual siswa yang memasukkan unsur pengelolaan perilaku bermasalah dalam pembelajaran, menentukan teknik-teknik modifikasi perilaku yang integratif dengan pembelajaran.

Model modifikasi terintegrasi pembelajaran dimulai dari temuan motif perilaku bermasalah yakni menghindar. Modifikasi perilaku diawali dengan asesmen mendalam mengenai ancedentent dan consequence dari perilaku, dan menerapkan perbaikan perilaku sesuai jenis dan motiv perilaku bermasalah


Sarana dan Prasarana

Penelitian ini merekomendasikan saran untuk sekolah agar mempersiapkan program asesmen perilaku bermasalah terutama pada siswa yang bermasalah perilaku pada awal siswa bersekolah dan secara berkala untuk mengetahui perkembangan perilaku. Asesmen perilaku tersebut menjadi dasar pijakan intervensi pendidikan dan intervensi perilaku bermasalah pada siswa.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan teknologi asistif berbasis sistem otomatisasi untuk penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI) sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memberikan layanan pembelajaran inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus.
































REFRENSI

Lestari, T., Dinarzah, A. A., Yusufi, F., Muhammad, R., & Kurnia, R. N. (2025). TEKNOLOGI ASISTIF PERANCANGAN PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL SISWA KEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar10(01), 221-232.

Purwanta, E. (2014). Pengembangan model modifikasi perilaku terintegrasi program pembelajaran untuk anak dengan masalah perilaku. Jurnal Cakrawala Pendidikan33(2).

Lestari, D., & Andayani, B. (2020). Program pembelajaran individual: Meningkatkan keterampilan mengancingkan baju pada anak disabilitas intelektual sedang. Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak6(1), 27-40.

Farisia, H. (2017). Strategi optimalisasi kemampuan belajar anak berkebutuhan khusus (abk) melalui program pembelajaran individual (PPI). SELING: Jurnal Program Studi PGRA3(2), 1-17


Nugroho, W. S. (2021). Pemetaan anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi melalui program identifikasi dan asesmen. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata2(1), 111-117.






×
Berita Terbaru Update