STRATEGI GURU DALAM MENGATASI PERILAKU ANAK ADHD DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF
Angelina Nazalina Haryono / 2022015126
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh individu maupun sekumpulan orang dengan tujuan akhir agar mampu mengubah sikap maupun perilaku guna mengembangkan kualitas diri seseorang melalui ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Pendidikan akan senantiasa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas dengan menyesuaikan materi yang akan dipelajari. Belajar dapat diartikan sebagai proses transfer ilmu dari pendidik kepada pendengar atau peserta didik. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia mulai dari masa kandungan hingga berkembang menjadi lebih tua, hal ini yang disebut dengan belajar sepanjang hayat (Nurtika, Lestari, Samara, & Suparmi, 2024).
Pendidikan di Indonesia pada hakikatnya dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar ialah jenjang pendidikan pertama yang akan dilalui oleh anak sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keberagaman peserta didik akan terlihat dalam jenjang pendidikan dasar. Keberagaman yang akan sering tampak ialah keberagaman emosi dan perilaku pada anak. Dengan adanya keberagaman yang muncul, maka sekolah dasar berperan sebagai rumah untuk memberikan serta menanamkan nilai-nilai toleransi kepada seluruh anak (Zamroni, Zakiah, Amelia, Shaliha, & Jaya, 2024). Perilaku dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan sesuatu (Latif, Kusumawardani, & Ayuni, 2024). Sehingga modifikasi perilaku dapat dikatakan sebagai penggunaan teknik agar manusia dapat dirubah maupun dikembangkan perilaku agar dapat menciptakan manusia atau pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Pendidikan inklusif memberikan ruang bagi siswa untuk belajar bersosialisasi dengan teman sebaya yang memiliki keterbatasan maupun hambatan emosi perilaku. Pendidikan inklusif memberikan kebebasan tanpa adanya rasa diskriminasi di lingkungan sehingga anak akan merasa aman serta nyaman dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak berkebutuhan khusus tentu saja akan dibedakan perlakuannya, dengan memberikan perlakuan khusus dan perhatian lebih, maka anak berkebutuhan khusus akan merasa tenang dan nyaman sehingga kekurangan yang dialami baik secara fisik maupun mental akan merasa tercukupi (Nurtika, Lestari, Samara, & Suparmi, 2024).
Salah satu kasus perilaku yang sering ditemui di sekolah dasar ialah anak dengan gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactive Disorder yang diartikan sebagai gangguan menyeleksi stimulus yang ada disekitarnya sehingga anak akan sulit dalam memusatkan perhatiannya yang dicerminkan dalam perilaku sering bergerak, tidak dapat menahan marah, suka mengganggu kepada teman sejawatnya, maupun bertindak tanpa berfikir. Dalam mengatasi perilaku atau gangguan anak berupa ADHD atau Attention Deficit Hyperactive Disorder, guru atau pendidik harus siap pasang badan dalam menangani anak tersebut. Peran guru dalam menangani kasus seperti ini sangat penting untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang terbaik bagi para peserta didik. Dengan hadirnya sekolah inklusif, maka guru dapat bekerja sama dengan pendidik lainnya dalam menciptakan suasana belajar maupun sekolah inklusif yang kondusif agar mampu memberikan kesan bermakna dalam setiap proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
Perilaku anak pada gangguan perilaku ADHD
ADHD ialah gangguan yang sangat kompleks yang meliputi beberapa aspek, seperti pada aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Gejala ADHD dapat muncul dikarenakan faktor genetic maupun faktor lingkungan yang tidak bersahabat. Ciri-ciri gangguan perilaku ADHD ialah 1) sering mengganggu teman di kelas, 2) sering teriak-teriak tidak jelas, 3) sering berlari-lari sendiri keluar masuk dalam kelas, 4) sering menyembunyikan barang milik temannya, 5) tidak bisa duduk dengan baik dan tenang, 6) sering membuat keributan di kelas, 7) susah konsentrasi, 8) sering menggoyang-goyangan kaki ketika duduk, dan lain-lain. Perilaku gangguan ADHD jika tidak dihadapi dengan baik akan berdampak fatal bagi perkembangan anak.
Problematika yang terjadi pada anak gangguan perilaku ADHD digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
ADHD pada hambatan konsesntrasi
Pada kasus ini, kebiasaan yang sering ditemui di dalam kelas yaitu anak akan merasa sangat kesulitan dalam konsentrasi memahami materi, kesulitan dalam fokus pada apa yang diberikan oleh guru, bahkan anak akan gagal memahami informasi yang diberikan (Khadijah, Rahmani, & Faeruz, 2022).
ADHD pada hambatan pengendalian diri
Anak dengan hambatan ini akan susah dalam mengendalikan diri ketika dirinya merasa diserang, hal ini dicontohkan sebagai sulitnya anak untuk belajar dikarenakan digangg anak lainnya maupun adanya tekanan dari luar.
ADHD pada hambatan hiperaktif
Anak cenderung tidak dapat duduk dengan tenang, kaki akan sering digoyangkan dikarenakan hal tersebut dapat membuatnya merasa tenang ketika mengalami kegelisahan akibat tekanan maupun pikirannya sendiri.
Strategi guru dalam mengatasi anak gangguan perilaku ADHD
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya menangani anak gangguan ADHD pada saat proses pembelajaran, salah satu contohnya yaitu menggunakan cara atau pola asuh yang tepat. Guru diharapkan mampu melakukan berbagai pendekatan kepada individu yang memiliki gangguan perilaku ADHD agar anak tersebut merasa bahwa dirinya dinggap dan diakui di dalam pembelajaran. Contoh aktivitas yang dapat dilakukan untuk memberikan pola asuh nyaman dan tepat bagi para anak yang memiliki gangguan perilaku ADHD yaitu sebagai berikut:
Anak ADHD harus diberikan perlakuan khusus dalam memilih tempat duduk
Tempat duduk yang paling baik serta nyaman bagi para anak yang memiliki gangguan perilaku ADHD ialah berada di depan guru maupun berdekatan dengan guru, hal ini dikarenakan anak akan lebih mudah berinteraksi dengan guru tanpa adanya penghalang, sehingga anak tidak akan merasa tantrum.
Guru dapat menggunakan alat peraga atau media pembelajaran
Dalam proses pembelajaran di kelas yang inklusif, guru harus mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif guna mencegah peserta didik merasa bosan. Anak-anak penyandang gangguan ADHD akan merasa cepat bosan, sehingga penggunaan media pembelajaran ini akan jauh lebih efektif dalam membantu anak-anak tersebut merasa tidak bosan.
Pemberian reward
Anak-anak dengan gangguan perilaku ADHD akan cenderung menyukai pujian atau reward. Penghargaan atau pujian itu dapat dicontohkan, guru memberikan kata-kata positif maupun pemberian stiker gambar tersenyum, hal ini akan membuat mereka lebih nyaman belajar (Khadijah, Rahmani, & Faeruz, 2022).
Memberikan berbagai metode pembelajaran
Guru harus mampu menyediakan berbagai metode pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran di kelas. Hal ini ditujukan agar anak-anak dengan gangguan perilaku ADHD tetap fokus. Contoh metode pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan cara cerita, menyanyi, maupun kegiatan bergerak sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang dilakukan.
Melakukan evaluasi
Evaluasi pada anak dengan gangguan perilaku ADHD sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar pada anak, jika anak sudah tidak ada perkembangan maka guru harus membicarakan hal ini dengan orang tua agar diberikan tindak lanjut yang lebih baik.
Melakukan pemantauan
Selain berperan di sekolah, guru juga harus melakukan pemantauan belajar dan perilaku anak di rumah, hal ini dimaksudkan agar anak dengan ganggua ADHD dapat belajar secara maksimal di rumah maupun di sekolah.
Sabar dan menyikapi anak gangguan ADHD dengan tenang
Guru harus selalu memposisikan dirinya sebagai pamong, hal ini berarti bahwa guru harus selalu siap dengan berbagai tingkah laku yang dilakukan oleh anak dengan gangguan ADHD, namun guru harus tetap tenang dan sabar dalam menghadapi anak tersebut. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Memberikan motivasi dan dukungan
Anak dengan gangguan ADHD harus diberikan perhatian lebih, sehingga adanya motivasi serta dukungan akan sangat membantu anak bisa menjadi lebih tenang dan nyaman sehingga teman-temannya tidak akan merasa terganggu. Motivasi positif dapat dilakukan seperti memberikan kata “hebat” (Berlian, Wulandari, Said, Lathifa, & Brilianti, 2023).
KESIMPULAN
Dengan adanya sekolah yang inklusi, maka hak-hak anak berkebutuhan khusus sepeti ADHD akan terjamin. Peserta didik dengan hambatan ADHD atau Attention Deficit Hiperactivity Disorder harus ditangani dan diberikan kenyamanan lebih dengan beberapa strategi yang telah dituliskan di atas. Kesadaran dan kepedulian guru akan menjadi kunci utama dalam mengatasi anak dengan gangguan perilaku ADHD.
REFERENSI
Berlian, U., Wulandari, R., Said, M., Lathifa, N., & Brilianti. (2023). Peran Guru Kelas dan Guru Pendamping Khusus dalam Meningkatkan Layanan Pendidikan Inklusi di TK Ibnu Sina. Al-Afkar: Journal for Islamic Studies, 6(2), 623-634. doi:https://doi.org/10.31943/afkarjournal.v6i2.648
Khadijah, S., Rahmani, S., & Faeruz, R. (2022). Strategi Penanganan Pada Anak Dengan Kasus Defisit Perhatian. JECE: Journal of Early Chilhood Education, 4(2), 144-158. doi:http://dx.doi.org/10.15408/jece.v4i2.30985
Latif, M. A., Kusumawardani, N., & Ayuni, N. (2024). Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini: Problematika Anak ADHD. Journal od Child Research, 1(2), 83-93. doi:https://journal.trunojoyo.ac.id/nakkanak
Nurtika, A. R., Lestari, A. S., Samara, D., & Suparmi. (2024). Peranan Guru dalam Penanganan Perilaku Anak ADHD-ADD dalam Proses Pembelajaran. Pediaqu: Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, 3(2), 1600-1610.
Zamroni, A. D., Zakiah, L., Amelia, C., Shaliha, H., & Jaya, I. (2024). Analisis Pengaruh Implementasi Pendidikan Multikulturaal Terhadap Sikap Toleransi Keberagaman Siswa Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 9(2), 1112-1119. doi:https://doi.org/10.29303/jipp.v9i2.2247