-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Strategi Kolaboratif antara Guru, Orang Tua, dan Terapis dalam Menangani Perilaku Disruptif Siswa di Sekolah Inklusif

Rabu, 16 April 2025 | April 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T02:49:32Z

Strategi Kolaboratif antara Guru, Orang Tua, dan Terapis dalam Menangani Perilaku Disruptif Siswa di Sekolah Inklusif


RISDA KHOIRIN AKHNIA /2022015168 

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

Email : risdakhoirin117@gmail.com






PENDAHULUAN

Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memberikan akses setara bagi seluruh peserta didik, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, untuk memperoleh layanan pendidikan dalam lingkungan yang sama. Dalam implementasinya, siswa berkebutuhan khusus kerap menunjukkan perilaku disruptif, seperti agresivitas, ketidakpatuhan, atau kesulitan dalam mengikuti instruksi. Perilaku-perilaku tersebut tidak hanya mengganggu proses pembelajaran individu yang bersangkutan, tetapi juga berdampak pada dinamika kelas secara keseluruhan.


Penanganan terhadap perilaku disruptif tersebut tidak cukup dilakukan secara individual oleh guru, melainkan perlu pendekatan yang bersifat kolaboratif dan sistemik. Kolaborasi antara guru, orang tua, dan terapis menjadi salah satu strategi yang relevan dalam menciptakan intervensi perilaku yang komprehensif. Guru berperan dalam observasi dan implementasi strategi di lingkungan sekolah, orang tua mendukung pelaksanaan strategi tersebut di rumah, dan terapis memberikan intervensi berbasis keahlian klinis dan psikopedagogis yang lebih terarah. Dengan demikian, sinergi antarpihak menjadi fondasi penting dalam upaya penanganan perilaku menyimpang secara efektif.


Penelitian yang dilakukan oleh Bestira et al. (2022) menunjukkan bahwa kerja sama yang terbangun antara guru dan orang tua dalam menangani siswa dengan gangguan hiperaktivitas di SD Negeri Cipondoh 1 Kota Tangerang dapat menurunkan intensitas perilaku menyimpang siswa secara signifikan. Dalam kolaborasi tersebut, guru dan orang tua saling berkoordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan strategi perilaku yang konsisten di lingkungan sekolah dan rumah. Hal senada juga dikemukakan oleh Risdiantoro (2021), yang menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif antara guru dan orang tua dalam menangani perilaku menyimpang pada siswa MI Darul Hikam Kota Batu terbukti efektif, terutama ketika dilaksanakan dalam bentuk program pencegahan, rehabilitasi, dan kuratif.

Meskipun kolaborasi antara guru dan orang tua telah banyak dikaji, integrasi peran terapis dalam kerja sama ini masih terbatas pembahasannya, khususnya dalam konteks pendidikan inklusif di Indonesia. Padahal, terapis memiliki kompetensi profesional dalam merancang dan mengevaluasi intervensi perilaku yang berbasis kebutuhan individual siswa. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi kolaboratif antara guru, orang tua, dan terapis dalam menangani perilaku disruptif siswa di sekolah inklusif, serta menggambarkan kontribusi masing-masing pihak dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif dan responsif terhadap keberagaman peserta didik.


PEMBAHASAN

  1. Pentingnya Kolaborasi dalam Penanganan Perilaku Disruptif di

   Sekolah inklusif 


Model pendidikan inklusif menuntut pendekatan yang responsif terhadap keberagaman karakteristik peserta didik, termasuk siswa dengan hambatan perilaku. Keberadaan siswa dengan perilaku disruptif di lingkungan belajar inklusif menimbulkan tantangan tersendiri bagi guru, karena perilaku tersebut dapat mengganggu proses pembelajaran dan interaksi sosial di kelas. Oleh sebab itu, pendekatan kolaboratif antara guru, orang tua, dan tenaga profesional seperti terapis menjadi sangat krusial dalam merancang intervensi yang efektif dan menyeluruh (Bestira et al., 2022; Fitriani, 2020).


  1. Peran Strategis Guru dalam Intervensi Perilaku


Guru merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan yang memiliki akses langsung terhadap perilaku siswa di ruang kelas. Dalam konteks inklusi, guru dituntut memiliki kompetensi dalam merespons perilaku menyimpang dengan pendekatan pedagogis yang adaptif. Strategi seperti penguatan positif, modifikasi lingkungan belajar, dan komunikasi yang suportif dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku siswa ke arah yang lebih konstruktif. Namun, upaya tersebut akan lebih optimal jika disertai dengan kerja sama lintas pihak.


  1.  Keterlibatan Orang Tua dalam Konsistensi Penanganan


Peran orang tua dalam intervensi perilaku sangat penting karena mereka menjadi sumber informasi kontekstual mengenai perilaku anak di luar sekolah. Orang tua juga dapat melanjutkan penerapan strategi yang telah dirancang bersama guru dan terapis di rumah. Dengan adanya kesinambungan strategi antara lingkungan sekolah dan rumah, perilaku positif siswa dapat lebih cepat terbentuk dan bertahan. Fitriani (2020) menyatakan bahwa keberhasilan modifikasi perilaku sangat bergantung pada keterpaduan komunikasi antara guru dan orang tua, serta konsistensi dalam penerapan strategi di kedua lingkungan tersebut.


  1. Kontribusi Terapis dalam Intervensi Klinis dan Psikoedukatif


Terapis, seperti psikolog pendidikan atau terapis perilaku, memiliki peran penting dalam menganalisis akar permasalahan perilaku dan merancang intervensi berbasis asesmen individual. Mereka juga dapat membimbing guru dan orang tua dalam memahami kebutuhan khusus siswa serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang telah diterapkan. Maulida dan Sari (2021) mengemukakan bahwa keterlibatan terapis secara langsung dalam lingkungan sekolah inklusif dapat meningkatkan akurasi strategi intervensi dan memperkuat kapasitas guru dalam penanganan perilaku yang kompleks.


  1. Implementasi Sinergis dan Tantangan Kolaborasi


Pelaksanaan strategi kolaboratif yang efektif membutuhkan keterbukaan, komunikasi yang intensif, dan sistem koordinasi yang baik. Sekolah dapat memfasilitasi kolaborasi ini melalui forum komunikasi reguler, pelatihan guru dalam pengelolaan perilaku, serta pembentukan tim interdisipliner yang mendukung praktik pendidikan inklusif. Meskipun kolaborasi ini menjanjikan hasil yang positif, tidak jarang ditemukan kendala seperti keterbatasan waktu, perbedaan persepsi, serta kurangnya pemahaman antarpihak. Oleh karena itu, penguatan kapasitas dan komitmen dari setiap pihak menjadi kunci keberhasilan implementasi strategi ini

KESIMPULAN

Pelaksanaan pendidikan inklusif menuntut keterlibatan aktif dari berbagai pihak guna menjamin terciptanya proses pembelajaran yang adaptif terhadap kebutuhan seluruh peserta didik, khususnya siswa dengan perilaku disruptif. Upaya penanganan terhadap perilaku tersebut tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada guru, melainkan membutuhkan kolaborasi terstruktur dengan orang tua dan terapis. Kolaborasi ini memungkinkan terbentuknya intervensi yang menyeluruh, di mana guru berperan dalam penerapan strategi pengelolaan perilaku di sekolah, orang tua mendukung kesinambungan strategi tersebut di rumah, dan terapis menyumbangkan keahlian profesional dalam perancangan serta evaluasi intervensi berbasis kebutuhan individual siswa.


Temuan dari berbagai kajian menunjukkan bahwa pendekatan kolaboratif antara guru, orang tua, dan terapis mampu memberikan dampak positif terhadap perbaikan perilaku siswa serta meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di lingkungan inklusif. Kendati demikian, keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kualitas komunikasi antarpihak, keselarasan persepsi, serta dukungan sistemik dari institusi pendidikan. Oleh karena itu, penguatan kapasitas kolaboratif dan koordinasi berkelanjutan menjadi landasan utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, adaptif, dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik.












REFERENSI

Bestira, S. A., Hidayatullah, S., Mutaqqin, Z., & Tarsono. (2022). Sinergi guru dan orang tua dalam penanganan kasus anak hiperaktif dengan teori behavioristik: Studi kasus di SD Negeri Cipondoh 1 Kota Tangerang. Cipulus Edu: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 45–56.

Risdiantoro, R. (2021). Kolaborasi guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku menyimpang pada siswa. Al-Isyrof: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2), 73–84.

Suparno, S. (2020). Kolaborasi guru, orang tua, dan psikolog dalam meningkatkan perkembangan anak berkebutuhan khusus. Jurnal Pendidikan Khusus, 16(1), 11–20.

Fitriani, D. (2020). Peran kolaboratif guru dan orang tua dalam penanganan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Jurnal Pendidikan Khusus, 16(2), 98–105.

Maulida, R., & Sari, N. (2021). Peran terapis dalam intervensi perilaku anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah inklusif. Jurnal Psikopedagogia, 10(1), 33–42.







×
Berita Terbaru Update