STRATEGI MODIFIKASI PERILAKU DALAM MENANGANI PERILAKU MENANTANG ANAK BERKEBTUHAN KHUSUS
JANUAREZA AWAHITA DWIFANDI/2022015132
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Email: awahitadwifandi@gmail.com
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan dan psikologi perkembangan, keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) menuntut pendekatan yang lebih personal, terstruktur, dan empatik. Mereka adalah individu yang memiliki perbedaan dalam aspek kognitif, sosial, atau fisik yang menyebabkan mereka memerlukan strategi pembelajaran dan pengasuhan yang disesuaikan. Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi dalam mendampingi ABK adalah perilaku menantang. Bentuknya bisa sangat beragam—mulai dari tantrum, agresivitas, perilaku berulang yang mengganggu, hingga penolakan terhadap instruksi.
Sering kali, perilaku menantang bukan semata karena "nakal", melainkan karena anak tidak dapat menyampaikan kebutuhan atau emosinya dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang lain. Maka dari itu, diperlukan strategi penanganan yang sistematis dan berdasarkan pendekatan ilmiah. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dan banyak digunakan dalam bidang pendidikan khusus maupun psikologi perilaku adalah modifikasi perilaku.
Modifikasi perilaku merupakan serangkaian metode berbasis teori belajar, khususnya behaviorisme, yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku positif dan menurunkan perilaku yang tidak diinginkan melalui penguatan (reinforcement) atau konsekuensi. Dengan modifikasi perilaku, terjadi perubahan perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Dalam artikel opini ini, penulis ingin menyoroti urgensi penerapan strategi modifikasi perilaku dalam mengelola perilaku menantang pada ABK, berdasarkan pengalaman lapangan serta literatur akademik yang relevan.
Pembahasan
Pemahaman Dasar tentang Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku lahir dari prinsip-prinsip psikologi behavioristik, terutama konsep pengkondisian operan yang dikembangkan oleh B.F. Skinner. Teori ini menyatakan bahwa suatu perilaku cenderung diulang jika mendapatkan penguatan yang menyenangkan, dan akan berkurang jika tidak direspons atau diberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan (Cooper, Heron, & Heward, 2020).
Dalam konteks ABK, modifikasi perilaku menjadi relevan karena metode ini tidak bergantung pada kemampuan verbal anak atau penalaran abstrak. Strategi ini fokus pada konsekuensi langsung dari perilaku dan memungkinkan anak untuk belajar melalui pengalaman langsung atas tindakan mereka.
Analisis Fungsional Perilaku sebagai Kunci
Sebelum menerapkan intervensi apa pun, sangat penting untuk mengetahui fungsi dari perilaku anak. Setiap perilaku—bahkan yang menantang—pasti memiliki tujuan tertentu. Beberapa anak mungkin berteriak karena ingin diperhatikan, yang lain mungkin menolak tugas karena merasa kesulitan.
Melalui analisis fungsional (A-B-C: Antecedent, Behavior, Consequence), kita bisa memahami pemicu, bentuk perilaku, dan akibat yang memperkuat perilaku tersebut. O'Neill et al. (2015) menyatakan bahwa intervensi perilaku yang efektif harus berbasis pada pemahaman ini. Tanpa mengetahui apa yang memicu atau memperkuat perilaku menantang, intervensi hanya akan bersifat reaktif dan jangka pendek.
Strategi-strategi dalam Modifikasi Perilaku
Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
Memberikan hadiah atau pengalaman menyenangkan segera setelah anak menunjukkan perilaku yang diinginkan. Contoh: memberikan pujian, stiker, atau akses ke aktivitas favorit setelah anak menyapa temannya dengan sopan. Penguatan positif membantu anak memahami bahwa perilaku tersebut membawa hasil yang baik (Miltenberger, 2016).
Token Economy
Token economy adalah sistem yang memberi token kepada anak setiap kali ia menunjukkan perilaku yang diharapkan. Token ini kemudian dapat ditukar dengan hadiah. Strategi ini sangat berguna untuk anak-anak dengan spektrum autisme atau ADHD karena sistemnya visual, konkret, dan dapat diprediksi (Kazdin, 2013).
Time-Out Terencana
Time-out bukan sekadar mengeluarkan anak dari kelas, tetapi waktu jeda dari penguatan. Time-out digunakan ketika perilaku tidak diinginkan muncul, dengan tujuan menurunkan frekuensi perilaku tersebut. Namun, penting agar hukuman ini bersifat konsisten dan tidak berlebihan.
Pemodelan (Modelling) dan Latihan Ulang (Rehearsal)
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Ketika guru atau orang tua memperagakan perilaku yang tepat dan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk meniru dan mempraktikkannya, maka terjadi pembelajaran sosial. Menurut Bandura (1977), proses observasional ini efektif dalam pembelajaran perilaku sosial.
Struktur Visual dan Rutinitas
ABK, terutama dengan gangguan spektrum autisme, sangat terbantu dengan bantuan visual seperti jadwal bergambar atau papan tugas. Visual membantu anak memahami harapan dan mengurangi kecemasan akan ketidakpastian. Visual juga memperjelas transisi antar aktivitas yang sering menjadi pemicu tantrum atau perilaku melawan.
Pentingnya Konsistensi Lintas Konteks
Satu aspek yang tidak boleh diabaikan dalam strategi modifikasi perilaku adalah konsistensi. Penerapan strategi harus dilakukan di semua lingkungan anak: sekolah, rumah, dan masyarakat. Ketika anak mendapatkan respons berbeda atas perilaku yang sama di tempat berbeda, maka proses pembelajaran menjadi tidak efektif.
Turnbull et al. (2011) menekankan bahwa keterlibatan orang tua, guru, dan profesional lain dalam menyusun dan menerapkan intervensi perilaku sangat krusial. Tanpa komunikasi yang baik antar pihak, strategi modifikasi perilaku akan berjalan setengah hati.
Etika dalam Modifikasi Perilaku
Meskipun efektif, modifikasi perilaku tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Semua bentuk hukuman harus dilakukan secara terukur, manusiawi, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Fokus utama harus tetap pada membangun keterampilan dan kemandirian, bukan sekadar mengontrol anak.
Modifikasi perilaku juga harus disertai dengan pendekatan relasional—anak merasa dihargai, aman, dan dimengerti. Jangan sampai strategi ini membuat anak merasa dikendalikan sepenuhnya tanpa ruang untuk berekspresi.
Kesimpulan
Perilaku menantang pada anak berkebutuhan khusus bukanlah sekadar hambatan, melainkan sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa mereka membutuhkan pendekatan yang lebih tepat. Modifikasi perilaku, ketika diterapkan secara terstruktur dan konsisten, dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam membantu anak mengembangkan perilaku yang lebih adaptif dan fungsional.
Strategi seperti penguatan positif, token economy, time-out, dan pemodelan harus dipilih berdasarkan analisis fungsional perilaku dan disesuaikan dengan karakteristik anak. Kolaborasi antara guru, orang tua, dan tenaga profesional sangat dibutuhkan agar strategi ini berhasil diterapkan dalam berbagai konteks.
Namun, perlu ditekankan bahwa tujuan dari modifikasi perilaku bukan hanya untuk menghentikan perilaku negatif, melainkan untuk membekali anak dengan keterampilan baru yang memungkinkan mereka berinteraksi secara lebih bermakna dalam lingkungan sosial. Dengan komitmen dan empati, kita bisa membantu ABK menjalani kehidupan yang lebih berkualitas dan mandiri.
Daftar Pustaka
Cooper, J. O., Heron, T. E., & Heward, W. L. 2020. Applied Behavior Analysis (3rd ed.). Pearson.
Kazdin, A. E. 2013. Behavior Modification in Applied Settings (7th ed.). Waveland Press.
Miltenberger, R. G. 2016. Behavior Modification: Principles and Procedures (6th ed.). Cengage Learning.
O'Neill, R. E., Albin, R. W., Storey, K., Horner, R. H., & Sprague, J. R. 2015. *Functional Assessment and Program Development for Problem
Turnbull, A., Turnbull, R., Shank, M., & Smith, S. J. 2011.
Exceptional Lives: Special Education in Today's Schools (7th ed.). Pearson.