STRATEGI MODIFIKASI PERILAKU DALAM MENANGANI PERILAKU ANAK DENGAN BERKEBUTUHAN KHUSUS
Sari Ernawati (2022015159)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar , Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa email: sariernawati0201@gmail.com
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus akibat adanya gangguan dalam perkembangan atau kondisi tertentu yang menyimpang dari perkembangan anak pada umumnya. Ada beberapa jenis yaitu Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Ksulitan belajar, Autis dan ADHD.
Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki sifat atau karakteristik unik yang membedakannya dari anak-anak lainnya, meskipun tidak selalu menunjukkan adanya gangguan dalam aspek mental, emosional, atau fisik. Efendi (2006) mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan suatu kondisi yang berbeda dari rata-rata anak pada umumnya. Perbedaan dapat berupa kelebihan maupun kekurangan. Sementara itu, menurut Ilahi, anak berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki kebutuhan tertentu, baik bersifat sementara maupun permanen, sehingga memerlukan layanan pendidikan yang lebih mendalam dan intensif.
Berdasakan dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki perbedaan dalam perkembangan, baik berupa kelebihan maupun kekurangan, yang mengharuskan mereka mendapatkan perhatian, penanganan, dan layanan pendidikan khusus. Perbedaan ini bisa bersifat sementara atau permanen, dan tidak selalu berkaitan dengan ketidakmampuan secara fisik, mental, maupun emosional.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) umumnya menunjukkan perilaku yang menantang, yaitu perilaku yang dapat mengganggu proses belajar, interaksi sosial, serta aktivitas sehari hari mereka. Contoh dari perilaku menantang ini antara lain bersikap agresif, menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, tantrum, melakukan tindakan secara berulang-ulang, atau menolak untuk mengikuti instruksi.
Memahami serta menangani anak berkebutuhan khusus dengan tepat sangatlah penting untuk mencegah mereka merasa frustrasi atau melakukan tindakan yang berlebihan.
Menangani anak berkebutuhan khusus tidak dapat dilakukan dengan cara-cara lama seperti memarahi atau memukul, karena tindakan tersebut justru bisa memperburuk kondisi anak. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang tepat dan efektif, salah satunya melalui penerapan strategi modifikasi perilaku.
Tulisan ini bertujuan untuk mengulas strategi modifikasi perilaku yang dapat diterapkan dalam mengatasi perilaku menantang pada anak-anak berkebutuhan khusus.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modifikasi Perilaku
Gordon & Winson (2000) menjelaskan bahwa modifikasi perilaku adalah peluang yang dapat mengubah perilaku dan perilaku tersembunyi (kegiatan internal yang tidak terlihat/dapat diamati oleh orang lain)baik perilaku yang tampak (overt) maupun yang tidak, bisa berbentuk perilaku yang berlebihan (excessive) atau justru kurang (deficit). Dengan kata lain, perilaku yang berlebihan perlu dikurangi, sedangkan perilaku yang kurang akan ditingkatkan. Perilaku, baik yang terlihat secara langsung (overt) maupun yang tidak tampak, dapat berupa perilaku yang terlalu berlebihan (excessive) atau terlalu sedikit (deficit). Artinya, perilaku yang muncul secara berlebihan perlu diminimalkan, sementara perilaku yang masih kurang perlu ditingkatkan. Menurut Wolpe, penerapan prinsip -prinsip pembelajaran yang diuji secara eksperimental untuk dipicu atau dikonfirmasi dengan melemahkan atau menghilangkan perilaku adaptif dan menghilangkan perilaku adaptif. Sedangkan menurut Powers & Osborn (1975) memberi Batasan modifikasi perilaku sebagai penggunaan secaa sistematis Teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut.
Menurut dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Modifikasi perilaku adalah suatu pendekatan sistematis yang digunakan untuk mengubah perilaku individu, baik perilaku yang tampak maupun yang tidak tampak, dengan tujuan meningkatkan perilaku yang kurang dan mengurangi perilaku yang berlebihan. Proses ini berlandaskan pada prinsip-prinsip psikologi pembelajaran modern, terutama melalui teknik kondisioning, yang bertujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak sesuai serta memperkuat perilaku yang lebih sesuai atau adaptif. Dengan kata lain, modifikasi
perilaku merupakan intervensi yang terencana dan berbasis ilmiah untuk menghasilkan perubahan perilaku yang lebih positif dan fungsional dalam kehidupan individu.
B. Jenis-jenis Strategi Modifikasi Perilaku
1. Teknik Imitation
Albert Bandura (dalam Sudirman, 2020), seorang psikolog sosial terkenal, menyatakan bahwa imitasi adalah proses di mana individu meniru atau meneladani perilaku yang diamati dari orang lain. Di sisi lain, Lev Vygotsky, seorang pakar dalam psikologi perkembangan, menyebutkan bahwa imitasi merupakan bentuk pembelajaran sosial, di mana anak-anak meniru perilaku orang dewasa atau teman sebayanya sebagai cara untuk mempelajari dan mengembangkan keterampilan baru.. Peniruan atau imitation adalah proses ketika individu mencontoh perilaku orang lain, baik melalui pengamatan langsung maupun melalui model yang ditampilkan dalam berbagai media.
2. Teknik Shaping
Menurut B.F. Skinner (Malika, 2020), seorang tokoh psikologi behaviorisme, shaping merupakan proses pembentukan perilaku kompleks melalui pemberian penguatan secara bertahap terhadap perilaku yang semakin mendekati perilaku yang diharapkan. Shaping, atau pembentukan perilaku, adalah metode di mana perilaku yang tidak spontan atau rumit dipelajari dengan cara memberikan penguatan bertahap pada tahapan-tahapan perilaku yang mengarah pada perilaku akhir yang diinginkan.
3. Teknik Chaining
Chaining adalah teknik dalam modifikasi perilaku yang melibatkan rangkaian stimulus dan respons secara berurutan dan sistematis, di mana penguatan atau reinforcement diberikan setelah respons terakhir. Teknik ini terdiri dari tiga metode utama, yaitu total-task presentation, backward chaining, dan forward chaining, yang masing-masing memiliki fungsi serta penerapan yang berbeda (Magdalena & Madjid, 2018). Chaining berfokus pada pembelajaran perilaku yang disusun dalam urutan tertentu, di mana setiap langkah berperan sebagai stimulus untuk langkah selanjutnya.
C. Tahapan Penerapan
1. Teknik Imitation adalah metode di mana anak berkebutuhan khusus diberikan contoh suatu tindakan atau aktivitas, lalu diminta untuk menirukannya. Anak mengikuti arahan serta langkah-langkah yang diberikan oleh fasilitator, guru, atau pendidik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2. Teknik Shaping diterapkan dengan menyesuaikan tugas yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus di kelas. Tugas tersebut disusun secara lebih sederhana dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak, sehingga lebih mudah dipahami dan dikerjakan. Penerapan teknik Shaping dalam dunia pendidikan sebagai cara menyesuaikan tugas untuk anak-anak berkebutuhan khusus bisa menjadi strategi yang efektif untuk membantu meningkatkan pemahaman mereka.
3. Teknik Chaining contohnya dapat terlihat saat anak berkebutuhan khusus diminta memakai baju dengan mengikuti setiap langkah secara bertahap. Setelah anak berhasil menyelesaikan tahapan tersebut, maka diberikan penguatan sebagai bentuk apresiasi.
D. Tantangan dalam Pelaksanaan Strategi Modifikasi Perilaku
Yang pertama adalah kurangnya pengetahuan guru. Banyak guru masih belum sepenuhnya memahami konsep dasar dan teknik-teknik dalam modifikasi perilaku. kurangnya pelatihan khusus atau minimnya akses terhadap informasi yang relevan. Akibatnya, guru mungkin mengalami kesulitan dalam merancang dan menerapkan strategi yang efektif untuk menangani perilaku siswa, terutama siswa dengan kebutuhan khusus.
Kedua kesulitan konsistensi. sulitnya guru atau orang tua untuk tetap konsisten dalam menerapkan strategi. Kadang-kadang strategi dilakukan dengan baik di awal, tapi kemudian terabaikan karena kesibukan, rasa lelah, atau kurangnya dukungan. Padahal, konsistensi sangat penting agar anak memahami pola yang diharapkan dan terbiasa dengan aturan yang ada.
Selanjutnya anak menunjukan respons tidak langsung atau malah meningkatnya perilaku buruk, dalam proses modifikasi perilaku, terkadang anak tidak langsung menunjukkan perubahan positif. Bahkan, ada kalanya perilaku buruk justru meningkat di awal sebelum akhirnya membaik. Hal ini bisa membuat guru atau orang tua merasa strategi tidak berhasil.
KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki perbedaan dalam perkembangan yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus, baik dalam aspek fisik, mental, atau emosional. Dalam menghadapi perilaku menantang yang umum pada ABK, seperti agresi atau tantrum, penting untuk menggunakan pendekatan yang tepat, salah satunya dengan strategi modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku adalah pendekatan sistematis yang bertujuan mengubah perilaku dengan memperkuat perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif melalui teknik-teknik seperti imitation, shaping, dan chaining.
Meskipun strategi ini dapat efektif, pelaksanaannya tidak tanpa tantangan. Guru atau pendidik sering kali menghadapi kendala seperti kurangnya pengetahuan tentang teknik modifikasi perilaku, kesulitan dalam menjaga konsistensi penerapan strategi, serta respons anak yang terkadang tidak langsung menunjukkan perbaikan atau bahkan justru memperburuk perilaku sebelum ada perubahan positif. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan pelatihan yang memadai bagi guru, dukungan yang konsisten dari orang tua, dan kesabaran dalam menghadapi proses perubahan perilaku pada ABK.
REFERENSI
Asyharinur Ayuning Putriana Pitaloka, S. A. (2022). Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus. MASALIQ, 2(1), 26-42.
Bakhrudin All Habsy, F. F. (2024). Penerapan Teknik Modifikasi Perilaku: Imitation,. Jurnal Sinergitas PkM dan CSR, 8(3).
Khairun Nisa, S. M. (2018). Karakteristik Dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. 2(1).
MUTIAH, D. (2016). Pengembangan Model Modifikasi Perilaku. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(2).
Satriyawan, A. N. (2022). Modifikasi Perilaku Terhadap Anak. JURNAL Pendidikan Dasar dan Keguruan , 4(1), 14-21.