-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

strategi modifikasi perilaku dalam menangani perilaku menantang anak berkebutuhan khusus

Rabu, 16 April 2025 | April 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T03:14:19Z

strategi modifikasi perilaku dalam menangani perilaku menantang anak berkebutuhan khusus

Eva Rikanto/2022015093

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

(eva15244@gmail.com)




I.PENDAHULUAN

Perilaku menantang yang muncul pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah masalah yang kompleks dan bisa sangat memengaruhi proses belajar dan hubungan sosial anak. Berdasarkan hasil penelitian oleh Heyvaert dan rekan-rekannya (2014), sekitar 30–50% anak berkebutuhan khusus menunjukkan perilaku menantang, dan bentuk perilaku ini bisa berbeda-beda tergantung pada jenis kebutuhan khusus dan lingkungan tempat mereka berada. Masalah ini bukan hanya menghambat kemampuan belajar anak, tapi juga berdampak pada kualitas hidup mereka dan keluarganya.

   Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menangani perilaku ini adalah teori belajar yang disebut operant conditioning dari B.F. Skinner. Teori ini jadi dasar dari strategi modifikasi perilaku, yaitu cara-cara untuk mengubah perilaku anak secara bertahap dan sistematis. Menurut Cooper dan kawan-kawan (2020), modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip belajar yang sudah teruji untuk membantu anak mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Pendekatan ini sangat berguna di sekolah inklusif, di mana anak-anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak-anak lainnya.

   Modifikasi perilaku sendiri berarti usaha yang dilakukan secara teratur dan terencana untuk mengubah cara seseorang berperilaku. Menurut Eysenck, ini adalah cara membantu seseorang mengubah perilaku dan emosinya supaya lebih baik, berdasarkan teori belajar yang sudah modern. Satriyawan (2020) juga menjelaskan bahwa teknik ini digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak sesuai dan memperkuat perilaku yang baik melalui berbagai metode seperti pemberian hadiah (penguatan), hukuman, dan sebagainya.

   Istilah "anak berkebutuhan khusus" mengacu pada anak-anak yang berbeda dari anak lainnya dalam hal fisik, mental, atau sosial. Menurut Efendi (dalam Abdullah, 2013), mereka bisa mengalami keterbatasan di satu atau beberapa aspek, tapi bukan berarti mereka tidak punya kelebihan. Justru sering kali mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki anak lain.


I. Pembahasan

Modifikasi perilaku untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah usaha untuk membantu anak-anak ini mengubah cara mereka bersikap dan bereaksi, supaya mereka bisa berkembang lebih baik secara intelektual, sosial, dan emosional. Hampir semua anak berkebutuhan khusus punya tantangan dalam perilaku, meskipun tingkatnya bisa berbeda-beda. Ada yang bisa belajar mengatasi masalah perilakunya seiring waktu, tapi sebagian lagi perlu bantuan khusus. Salah satu contohnya adalah anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yang biasanya sulit untuk diam dan fokus (Reynolds & Birch, 1988).

     Secara sederhana, perilaku itu adalah apa yang bisa kita lihat dari tindakan seseorang. Modifikasi perilaku berarti usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku tersebut, terutama kalau perilaku itu dianggap tidak sesuai atau merugikan. Ada banyak teknik yang digunakan, seperti memberikan hadiah untuk perilaku baik (penguatan positif), atau menghentikan perhatian terhadap perilaku negatif (extinction), sampai memberi jeda waktu (time-out) agar anak bisa menenangkan diri. Semua teknik ini punya tujuan yang sama, yaitu memperkuat perilaku yang baik dan mengurangi yang tidak baik.

    Menurut pendekatan behavioristik, modifikasi perilaku adalah penggunaan teknik tertentu secara terencana untuk mengubah frekuensi perilaku tertentu, misalnya supaya anak lebih sering menunjukkan sikap positif atau mengurangi kebiasaan buruk.

   Tujuan utama dari modifikasi perilaku ini adalah agar anak bisa berperilaku dengan cara yang diterima oleh lingkungan, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu, pendekatan ini juga membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku negatif yang bisa mengganggu tumbuh kembang anak.


A. Strategi Modifikasi Perilaku

  1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
    Memberikan pujian, hadiah, atau hal menyenangkan lainnya setiap kali anak menunjukkan perilaku yang diharapkan. Contohnya: memberi stiker saat anak berhasil menyelesaikan tugas tanpa terdistraksi (Alberto & Troutman, 2017).

  2. Intervensi di Dalam Kelas
    Guru bisa pakai cara-cara khusus untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus di kelas, seperti memberi instruksi yang jelas, menggunakan gambar atau jadwal visual, supaya anak lebih mudah fokus (DuPaul & Weyandt, 2006).

  3. Pelatihan Keterampilan Sosial
    Anak-anak dengan kebutuhan khusus bisa dilatih supaya lebih baik dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan mengurangi sikap impulsif atau agresif (Hoza, 2007).

  4. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)
    CBT membantu anak memahami dan mengelola pikiran serta perasaannya agar bisa menghadapi situasi sulit dengan lebih tenang (Young & Amarasinghe, 2010).

Contoh penerapannya:

  • Sistem token (Token Economy) untuk anak ADHD

  • Pujian spesifik sebagai bentuk penguatan sosial

  • Hadiah berupa aktivitas favorit

  • Teknik Lain dalam Modifikasi Perilaku

1. Extinction (Menghentikan penguatan)
Teknik ini digunakan dengan cara berhenti memberi perhatian atau hadiah pada perilaku negatif, sehingga perilaku tersebut lama-lama akan hilang (Kazdin, 2013). Contohnya:

  • Mengabaikan anak saat dia marah hanya untuk cari perhatian.

  • Tidak memberi barang saat anak merengek.

  • Tidak merespons perilaku yang dilakukan hanya karena sensasi tertentu.

2. Time-Out
Ini adalah cara memberi waktu bagi anak untuk tenang. Tapi supaya efektif, harus dilakukan dengan aturan yang jelas, seperti:

  • Hanya 1–5 menit.

  • Diberi peringatan dulu sebelumnya.

  • Dilakukan di tempat yang membosankan.

  • Diikuti dengan memberi perhatian pada perilaku yang baik setelahnya (Miltenberger, 2016).

3. Differential Reinforcement
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan penguatan pada perilaku tertentu, sementara perilaku lainnya diabaikan. Ada beberapa jenis:

  • DRA: Memberi hadiah untuk perilaku alternatif yang lebih baik.

  • DRI: Memberi hadiah untuk perilaku yang tidak bisa dilakukan bersamaan dengan perilaku negatif.

  • DRO: Memberi hadiah saat anak tidak menunjukkan perilaku negatif dalam waktu tertentu.


Penerapan di Sekolah Inklusif

Agar strategi modifikasi perilaku berjalan baik di sekolah, diperlukan beberapa langkah penting:

  1. Functional Behavior Assessment (FBA)
    Ini adalah proses mengamati dan menganalisis perilaku anak dengan melihat:

  • Apa yang terjadi sebelum perilaku muncul (antecedent)

  • Perilakunya sendiri

  • Apa akibatnya atau respons dari lingkungan (consequence)

  1. Kerja Sama Tim (Kolaborasi Multidisiplin)
    Semua pihak harus terlibat: guru, orang tua, terapis, bahkan teman sebaya. Konsistensi dalam menangani perilaku di berbagai tempat sangat penting, dan staf sekolah perlu pelatihan rutin agar bisa menerapkan strategi yang tepat.


III. Kesimpulan

Modifikasi perilaku adalah salah satu pendekatan yang paling efektif untuk mengatasi perilaku menantang pada anak berkebutuhan khusus. Dengan menggabungkan pendekatan klasik dan strategi modern, kita bisa membantu meningkatkan kualitas hidup mereka, baik dari sisi pendidikan, sosial, maupun emosional.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak dengan karakteristik unik yang berbeda dari anak pada umumnya. Meskipun mereka mungkin punya kekurangan di aspek tertentu—baik fisik, mental, maupun emosi—mereka juga sering punya kelebihan yang luar biasa. Salah satu tantangan yang sering mereka alami adalah kesulitan dalam fokus dan memperhatikan hal-hal detail, terutama di lingkungan belajar seperti sekolah atau rumah. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, mereka bisa berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara lebih baik.




REFRENSI

Abdullah, N. (2013). Mengenal anak berkebutuhan khusus. Jurnal Magistra, 25(86), 21–27.

Alberto, P. A., & Troutman, A. C. (2017). Applied behavior analysis for teachers (9th ed.). Pearson.

Hoza, B. (2007). Peer functioning in children with ADHD. Journal of Pediatric Psychology, 32(6), 655–663. https://doi.org/10.1093/jpepsy/jsm024

Kazdin, A. E. (2013). Behavior modification in applied settings (7th ed.). Waveland Press.

Miltenberger, R. G. (2016). Behavior modification: Principles and procedures (6th ed.). Cengage Learning.

Pelham, W. E., Fabiano, G. A., & Massetti, G. M. (2005). Evidence-based assessment of attention deficit hyperactivity disorder in children and adolescents. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 34(3), 449–476. https://doi.org/10.1207/s15374424jccp3403_5

Reynolds, M. C., & Birch, J. W. (1988). Adaptive mainstreaming: A primer for teachers and principals (3rd ed.). Longman.

Young, S., & Amarasinghe, J. M. (2010). Practitioner review: Non‐pharmacological treatments for ADHD: A lifespan approach. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 51(2), 116–133. https://doi.org/10.1111/j.1469-7610.2009.02191.x



×
Berita Terbaru Update